Sebuah sinar kebintangan muncul di Emirates Stadium. Sinar terang itu ada dalam diri Bukayo Saka. Pemuda blasteran Nigeria yang sejak dini sudah memukau banyak orang dengan skill-nya yang mumpuni. Tak heran saat usianya baru 21 tahun, ia kini sudah jadi tulang punggung tim.
Saka bisa sampai seperti sekarang ini tentu berkat kisah perjuangannya sedari kecil. Kerja kerasnya tak bisa bohong. Ia melewati karirnya dengan penuh kesabaran. Caci maki ia lewati dengan kesahajaan senyumnya.
Bukayo Saka is on top of the world for club and country 🫡 pic.twitter.com/ULNphjuQYo
— B/R Football (@brfootball) March 26, 2023
Perjuangan Saka Masuk Akademi
Lahir di London 2001 silam, orang tua Saka adalah seorang imigran Nigeria. Ia sedari kecil sudah hidup penuh dengan perjuangan. Tak mudah bagi seorang keturunan imigran untuk masuk ke akademi sepakbola ternama di London yang serba mewah itu.
Berasal dari keluarga berkecukupan, ayah Saka rela merogoh koceknya dalam-dalam demi bakat anaknya itu tersalurkan dengan tepat. Karena tak dipungkiri, biayanya cukup mahal untuk menyekolahkan anaknya ke akademi sepakbola ternama di London.
Namun dengan bakat yang tak biasa, Saka akhirnya diterima di Akademi Hale End milik Arsenal. Dari situlah Bukayo Saka mengais mimpinya sebagai pesepakbola profesional. Pribadinya yang pekerja keras dan bersahaja membuat dirinya sangat disegani teman-teman sebayanya.
🗣”My dad took me to training somedays it would take 2 hours, they believed so much in me”
Bukayo Saka speaking about his parents and childhood is so pure! ❤️ pic.twitter.com/bFu359HuGa
— Football Daily (@footballdaily) October 4, 2020
Sikapnya itu tertular dari keluarganya yang religius. Ia bahkan masih sering membaca alkitab sebelum hari pertandingan tiba. Saking cintanya dengan keluarga, Saka bahkan sampai sekarang masih tinggal bersama kedua orang tuanya maupun kerabat dekatnya.
Tolak Spurs dan Tolak Nigeria
Menjadi calon pesepakbola hebat tentu tak luput dari sebuah pilihan. Selain tentunya etos kerja keras dan bakat alami. Kalau soal pilihan, Saka diketahui dulunya sempat ditawari banyak klub termasuk rival bebuyutan Arsenal, Tottenham Hotspur.
Pada usia tujuh tahun, pemandu bakat Spurs ternyata sempat memantau dan membujuknya. Namun Saka mengabaikannya. Ia tak ingin pisah dan tetap bersama-teman-teman sebayanya ketika itu. FYI aja, teman-teman Saka di Akademi Hale End ketika itu antara lain Emile Smith Rowe, Reiss Nelson, Joe Willock, Maitland Niles, maupun Eddie Nketiah.
Pilihan Saka dalam perjalanan karir sepak bolanya, juga dialami ketika ia harus memilih antara membela Timnas Inggris atau Nigeria. Bahkan ada upaya dari presiden federasi sepakbola Nigeria, Amaju Pinnick untuk membujuk orang tua Saka agar pemuda Arsenal itu memilih Timnas Nigeria.
“@BukayoSaka87 picking @England over @NGSuperEagles
isn’t a big loss for Nigeria 👀”“Saka will definitely struggle to get into the current Super Eagles set up” 😳@YubbyNduonofit and @TheOddSolace were brutally honest on Bukayo Saka’s snub.
Do you agree? pic.twitter.com/zF5vBeDN8n
— Hindsight Podcast (@TheHindsightPod) November 12, 2020
Namun apa daya, Saka tetap menolak dan memilih bersaing di timnas tanah kelahirannya. Meskipun itu sangatlah susah dibanding masuk Timnas Nigeria.
Sosok Ljungberg
Pilihan Saka tetap memilih Arsenal dan Timnas Inggris adalah sebuah tantangan yang harus diperjuangkan. Ia sangat ingin cepat berkembang agar suatu saat nanti bisa menjadi pilar penting di tim yang dibelanya.
Syukur, di level usia U-15, ia sudah dipegang pelatih sekelas Freddie Ljungberg. Pelatih akademi Arsenal yang notabene mantan bintang Arsenal di sayap kanan. Bakat Saka pun banyak diasah oleh Ljungberg. Tak lupa, Ljungberg memberikan nasihat untuk Saka agar tetap rendah hati dan terus bekerja keras. Ljungberg pun memprediksi Saka akan menjadi pemain top di usia yang masih muda.
Bukayo Saka credits the work Freddie Ljungberg did with him to why he is where he is now. ❤️ pic.twitter.com/1EREahOVfu
— Connor Humm (@TikiTakaConnor) June 10, 2021
Ramalan sang pelatih benar kejadian. Saka diberikan kontrak profesional pertamanya di Arsenal pada usia 17 tahun. Sekaligus ia dimasukan ke anggota skuad Arsenal U-23.
Penampilan ciamik Saka di level usia 23 akhirnya berjodoh hingga ke tim senior. Tepatnya di 2018/19, ketika Freddie Ljungberg ditunjuk sebagai asisten pelatih Unai Emery. Ljungberg lah yang meyakinkan Emery untuk mengorbitkan Saka di level senior meskipun umurnya baru 17 tahun.
Sampai akhirnya, ia debut di level senior pada laga Europa League melawan Vorskla Poltava dan bermain di Liga Inggris untuk pertama kalinya ketika melawan Fulham. Saka kini tak bisa melupakan jasa Freddie Ljungberg. Apa jadinya kalo mantan pemain Swedia itu tak membawanya naik level ke tim senior.
17 year old Nigerian winger + fullback Bukayo Saka is in line to make his professional debut for Arsenal when they face Ukrainian side Vorskla Poltava in the Europa League on Thursday. pic.twitter.com/6SGTPGfCGW
— Football Naija (@Football_Naija) November 29, 2018
Korban Rasisme
Dengan performanya yang makin berkembang di Arsenal, ia kemudian dipanggil Southgate untuk debut di timnas senior Inggris dalam laga persahabatan melawan Wales yang berkesudahan 3-0. Setelah itu, ia istiqomah berada di skuad Southgate untuk kualifikasi Piala Eropa 2020 hingga di putaran final Piala Eropa 2020.
Namun bukan perjalanan hidup namanya kalau mulus dan mujur terus. Saka di perhelatan Piala Eropa 2020 sempat ditimpa kejadian tak mengenakan. Ia dianggap salah satu biang kerok kegagalan The Three Lions ketika gagal mengeksekusi tendangan penalti di final melawan Italia.
“There is no place for racism or hate of any kind in football or in any area of society.”
Bukayo Saka has spoken for the first time since the Euro final ❤️ pic.twitter.com/a9XRMXqfLU
— ESPN FC (@ESPNFC) July 15, 2021
Peristiwa itu akan dikenang sepanjang sejarah publik Inggris. Saka sangat terpukul saat itu. Selain dicemooh banyak orang, warna kulitnya pun tak luput dari serangan rasisme. Hebatnya Saka menanggapi tindakan rasisme itu dengan santai.
Namun, Saka tak menganggap kejadian itu menghancurkan karirnya. Ia malah tergugah untuk bangkit dan tampil lebih baik lagi. Sebuah mental yang patut diapresiasi untuk pemuda 19 tahun dalam menanggapi sebuah peristiwa besar yang menyangkut karirnya.
Titik Balik Pasca Piala Eropa
Terbukti, peristiwa rasisme itu merupakan titik balik kebangkitan performa Bukayo Saka. Level permainannya menunjukan progres yang sangat berarti sejak kegagalan di Piala Eropa 2020.
Arsenal filled a wall with messages of support for Bukayo Saka after he was subjected to racist abuse following the Euro 2020 final.
His reaction will warm your heart ❤️
(via @Arsenal)pic.twitter.com/hI4awrgZdW
— ESPN FC (@ESPNFC) August 4, 2021
Di bawah asuhan Arteta, Saka lebih dipercaya menempati posisi winger kanan dibanding pemain mahal seperti Nicolas Pepe. Sampai akhirnya Pepe didepak dan ia sendirian menguasai posisi itu.
Arsenal bersama Arteta tak dipungkiri selalu mengandalkan serangan lewat sisi sayap.
Peran pemain sayap sangat berpengaruh dalam sistem permainan Arteta. Dan Saka adalah salah satu kuncinya.
Mikel Arteta says Bukayo Saka’s impending new deal is part of Arsenal’s bid to build a “long-term project” with players whose aims match the club’s.
Saka is set to commit to #AFC after an agreement in principle had been reached over a long-term contract https://t.co/JJx3gp0stW
— The Athletic | Football (@TheAthleticFC) February 24, 2023
Kemampuan melewati lawan, kecepatan, dribbling, cut inside, serta kemampuan finishing Saka semakin terasah. Membuatnya jadi salah satu tulang punggung Arsenal meraih kesuksesan musim ini.
Bahkan sejak kegagalan mengeksekusi penalti di Piala Eropa, Saka kini malah ditunjuk menjadi penendang penalti utama Arsenal hingga sekarang. Gol demi gol, assist demi assist, ia torehkan bagi The Gunners. Di musim ini total ia sementara sudah mengemas 13 gol dan 10 assist. Dengan catatan itu, ia juga mencatatkan rekor sebagai pencetak gol dan assist termuda terbanyak selama satu musim di Arsenal, melangkahi rekor Fabregas.
Bukayo Saka (21 y/o) has become the YOUNGEST Arsenal player to score 10+ goals & provide 10+ assists in a single Premier League season, breaking Cesc Fabregas’ record (22 y/o in 2009/10). 💫 [@Squawka]@BukayoSaka87 🤝 @cesc4official pic.twitter.com/wG9ArTBj08
— afcstuff (@afcstuff) March 19, 2023
Kontrak Baru
Maka dari itu, tak heran ia akan diganjar kontrak terbaru yang bernilai sangat signifikan. Ia dikabarkan akan menerima gaji 15 juta pounds per tahun. Itu akan menjadi nilai gaji terbesar ketiga sepanjang sejarah klub setelah Aubameyang dan Ozil.
Hal ini dilakukan juga dengan upaya untuk memproteksi Saka agar tak diganggu klub lain yang punya uang segepok. Mengingat kontraknya hampir habis 2024 nanti.
Arsenal star Bukayo Saka will sign his new contract very soon, no changes in the plan as verbal agreement is in place since February. ⚪️🔴 #AFC
Three clubs [two from England and one from abroad] were monitoring Saka’s contract situation since long time but no way: he’s staying. pic.twitter.com/EOe9GQZoYB
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) March 28, 2023
Saka dengan segala perjuangannya sejak kecil masih bermimpi bahwa kerja kerasnya itu mampu berbuah hasil di akhir musim. Peluang di depan mata juara Liga Inggris bersama klub yang dicintainya sejak kecil adalah sebuah mimpi yang harus diwujudkan. Teruslah bersinar, Bukayo Saka!
Sumber Referensi : espn, dailystar, sportsbrief, transfermarkt, time