Total Football, menyerang, main indah, dan menang, itulah beberapa kata yang identik dengan seorang Pep Guardiola. Sebagai anak buah Johan Cruyff tak heran jika filosofi sepakbola menyerangnya tak akan lekang oleh waktu meski gonta-ganti klub. Termasuk yang dibawanya di Manchester City.
Namun tunggu dulu, apakah Pep hanya fokus pada hal menyerang saja ketika di City? Kalau dicermati secara seksama dari perjalanannya hingga sekarang, fokus yang tak kalah penting baginya ternyata adalah sektor pertahanan.
Revolusi Pertahanan Manchester City Bersama Pep
“Pertahanan terbaik adalah menyerang” adalah yang dianut oleh Pep Guardiola. Namun, tak serta-merta Pep percaya pada hal itu saja. Mantra dari Sir Alex Ferguson yang pernah mengatakan bahwa “Pertahanan terbaik akan menghasilkan gelar” ternyata diilhami juga oleh seorang Pep.
Datang ke Etihad 2016 silam, Pep diwarisi pertahanan yang buruk sejak ditinggal Manuel Pellegrini. Menggantikan Pellegrini bukan tugas yang mudah bagi Pep. Selain belum kenal banget atmosfer Liga Inggris, ia membutuhkan adaptasi untuk mengubah sistem yang ingin ia terapkan.
#OnThisDay: Pep Guardiola took charge of his first #ManCity match [2016]
🔵 354 Games
✅ 257 Wins
⚽️ 867 Goals Scored
🏆 11 Trophies
🏅 18 Individual Awards pic.twitter.com/t1KHawRbH3— City Xtra (@City_Xtra) August 12, 2022
Kalau dalam hal menyerang tak usah diragukan lagi kapasitasnya. Sudah terbukti berhasil ketika di Barca maupun Bayern Munchen. Namun beda halnya dengan konsistensi dan pertahanan. Liga Inggris yang dikenal ketat membuat Pep harus fokus pada dua hal itu. Bisa saja Pep berprinsip seperti apa kata Coach Justin. “Jika kebobolan satu gol, akan tetapi bisa memasukan 3 gol, you still win the game”.
Namun Pep tentu tak sepicik itu. Karena terbukti di musim pertamanya Pep berupaya sekuat tenaga merumuskan lini pertahanannya. Meskipun harus diakui hal itu belum membuahkan hasil. City masih kesusahan dalam hal koordinasi pertahanan khususnya ketika diserang balik lawan.
Mahal Tak Masalah
Nah, oleh sebab itu di musim pertamanya, Pep tak tanggung-tanggung mendatangkan bek dengan mahar yang sangat mahal yakni John Stones dari Everton. Seorang bek dengan kemampuannya yang multifungsi di bek kanan maupun tengah.
Manchester City signed John Stones #OnThisDay in 2016! ✍🏻 pic.twitter.com/vJFrEBDfA2
— mcfc lads (@mcfc_lads) August 9, 2022
Padahal ketika itu City masih mempunyai pemain bertahan yang posisinya sama dengan Stones yakni Bacary Sagna, Pablo Zabaleta, Nicolas Otamendi, maupun Vincent Kompany. Pep tampaknya sangat memanfaatkan kelebihan uang dari kekayaan sang pemilik untuk mendapatkan pemain yang ia inginkan. Sehingga membeli pemain mahal untuk satu posisi saja menjadi tak masalah.
Hal itulah yang terbukti terjadi di beberapa musim berikutnya oleh Pep. Setelah gagal di musim pertamanya dengan tanpa gelar, Pep kembali merombak pertahanannya dengan membeli para bek mahal lain yang diinginkannya. Tak main-main, Danilo, Kyle Walker, Aymeric Laporte, dan Benjamin Mendy didatangkan sekaligus dengan total mahar hampir mencapai 200 juta pounds.
Pep Guardiola has spent over £400 million on defenders at Man City 🤑
John Stones: £47.5m
Benjamin Mendy: £52m
Kyle Walker: £45m
Aymeric Laporte: £57m
Danilo: £26.5m
Angelino: £11m
Joao Cancelo: £60m
Nathan Ake: £41m
Ruben Dias: £62m pic.twitter.com/79wwYQhMiD— GOAL (@goal) September 28, 2020
Cuci Gudang Lini Pertahanan
Selain hal itu, Pep Guardiola juga berani melakukan cuci gudang di lini pertahanan. Setelah tak puas dengan kinerja beknya di sebelah kanan, tengah, maupun kiri, satu per satu para pemainnya pun terdepak. Mereka adalah Bacary Sagna, Pablo Zabaleta, Gael Clichy, maupun Aleksandar Kolarov.
Alhasil dengan pembelian para bek mahal dan cuci gudang yang dilakukan, Pep Guardiola berhasil meraih gelar juara Liga Inggris untuk pertama kalinya di musim 2017/18 dengan poin sempurna yakni 100. Dari segi kebobolannya pun paling sedikit yakni 27 gol.
100 points just isn’t for some. 👀 💯
Still the best ever Champions to grace the Premier League – Manchester City 2017/18 pic.twitter.com/ttNDf2sajX
— Anthony Dominic Duff (@anthonydduff) July 15, 2020
Tak hanya sampai musim itu saja mereka cuci gudang di lini pertahanannya. Dalam perjalanannya hingga sekarang, banyak sudah bek yang jadi korban Pep. Seperti contoh Mangala, Otamendi, Danilo, Zinchenko, sampai Joao Cancelo.
Cancelo will play against Manchester City just 7️⃣0️⃣ days after leaving the club on loan to Bayern Munich 👀 pic.twitter.com/pe4SApXPaK
— 433 (@433) March 17, 2023
Pep Sering Tak Puas dan Bereksperimen
Namun apakah dengan membeli bek mahal dan melakukan cuci gudang itu saja sudah cukup? Faktanya disamping sudah mendatangkan para bek yang diinginkannya dari musim ke musim, Pep juga sering tak puas dari segi konsistensi performa maupun kerentanan cedera.
Dasarnya suka bereksperimen, Pep ternyata tak hanya mahir bereksperimen di lini penyerangannya saja. Di lini pertahanan pun, ia sering mengejutkan dengan eksperimen strateginya. Seperti ketika ia menaruh seorang Fabian Delph yang notabene adalah seorang gelandang menjadi seorang bek kiri ketika Benjamin Mendy dilanda cedera panjang pada musim 2017/18.
Fabian Delph PL 2017/18 (Left back)
⚽️ 21 Appearances
⚽️ 1 Goal
⚽️ 2 Assists
⚽️ 74% tackle SuccessFrom the bench to playing a huge role in City’s Dominance this year 🔥 pic.twitter.com/cwWNEhnMVD
— FootballTalk (@FootballTalkYT) May 10, 2018
Dengan eksperimennya itu, ternyata membuat kekuatan City tak mudah ditebak tiap musimnya. Oleh sebab itu, Pep dalam perjalanannya hingga sekarang ketagihan tak henti melakukannya.
Termasuk apa yang ia buat dengan Zinchenko, Cancelo maupun kini John Stones. Kepopuleran posisi Inverted Full Back seketika menyeruak ketika Cancelo maupun Zinchenko disulap Pep sejak musim 2020/21 menjadi seorang bek kanan yang sering masuk ke area tengah lapangan menemani seorang gelandang.
João Cancelo isn’t just playing as an inverted full-back now,he’s often playing as a genuine midfielder and having a major impact on Man City’s build-up (2nd most passes vs Villa). Whilst still going forwards & overlapping/underlapping
Outstanding tactical & individual influence pic.twitter.com/XETZ2ZuoF1
— Premier League Panel (@PremLeaguePanel) January 20, 2021
Evolusi peran tersebut disamping membuat para pemain lebih cerdas dan berkembang, secara hasil dilapangan pun positif. Selain menjuarai Liga Inggris berturut-turut, dari segi kebobolan dan memasukan gol, City adalah jagonya.
Musim 2020/21, City juara dengan memasukan gol terbanyak yakni 83 gol, serta kebobolan paling sedikit yakni 32 gol. Begitupun di musim lalu, mereka menjadi juara dengan memasukan gol paling banyak dengan 99 gol serta kebobolan 26 gol.
Bagaimana di Musim 2022/23?
Lalu apa yang terjadi di musim ini? Pep tak henti-hentinya bereksperimen dengan lini pertahanannya. Setelah terakhir kali mendatangkan bek seperti Ruben Dias dan Nathan Ake pada musim 2020/21, musim ini Pep juga menambah amunisi beknya lagi yakni dengan mendatangkan Manuel Akanji dari Dortmund.
Manchester City have completed the signing of Manuel Akanji from Borussia Dortmund.
🗣️ “I am delighted to be here, and can’t wait to get started,”
Join us on Telegram: https://t.co/2rDIZdPWIg pic.twitter.com/8t5QnaTTAG
— Manchester City fans in The World (@cityfcfans) September 1, 2022
Inilah yang jadi bukti bahwa Pep tak mau menganggap sepele soal lini pertahanannya. Bahkan seorang bek yang tampil apik seperti Cancelo saja berani ia pinjamkan ke klub lain. Kehilangan Cancelo sama sekali tak membuat Pep rugi. Begitupun ketika kehilangan Zinchenko di awal musim.
Karena kini giliran John Stones menjadi bek berikutnya yang sudah disulap oleh Pep. Stones tampil apik ketika dicoba menjadi seorang bek kanan yang sekaligus bisa menjadi gelandang tambahan menemani Rodri. Hasilnya positif, seperti kala membantai Soton, Munchen, maupun Leicester.
Most diverse and complete Central Defender in World Football in 2023.
Adapted with ease playing out at Full back, and in this inverted CDM/RB/CB 3-in-1 Position rotation.
John Stones. He always had it in him and pep saw it from day 1. 🧩#CTID #ManCity #UCL 👏 pic.twitter.com/aHd5T1fZCv
— Azzurri (@mci_szn) April 12, 2023
Di Liga Inggris musim ini, The Citizens pun masih berpeluang kembali meraih hasil yang positif dari segi kebobolan maupun memasukan gol. Sementara dari 30 laga yang telah dimainkan, City sudah menceploskan 78 gol dan kebobolan hanya 28 gol.
Dari beberapa catatan itu semua, kini yang lebih banyak dipertanyakan dari City dan Pep adalah, kapan gelar juara Liga Champions bisa didapat? Pertanyaan bak hantu itu sering tak mampu terjawab.
Karena faktanya, meski Pep tiap musimnya memperjuangkannya lewat beberapa pembenahan baik lini penyerangan, maupun pertahanannya sekalipun, masih saja sulit untuk didapat. Apakah memang apes dan terkutuk saja, ataukah musim ini adalah pembuktiannya?
Sumber Referensi : theathletic, totalfootballanalysis, transfermarket, fourfourtwo