Football lovers masih ingat dengan Demba Ba? Ya, mantan pemain Besiktas ini jadi salah satu pemain yang mempopulerkan selebrasi sujud syukur di sepakbola Inggris. Sebagai seorang striker, ia sudah malang melintang di berbagai kompetisi Eropa. Karirnya memang tak bergelimang trofi, tapi perjalanan karirnya cukup inspiratif.
Karir Demba Ba memang tak semulus yang dibayangkan. Penolakan dan fitnah sudah dirasakan oleh pemain berkebangsaan Senegal itu. Dari berbagai cobaan yang dihadapi, barangkali yang paling menyakitkan adalah ketika difitnah oleh Tony Pulis. Bahkan, fitnah itulah yang membuat bakat dan kualitasnya tak pernah dihargai oleh klub-klub Inggris.
Dari Prancis ke Bundesliga
Demba Ba lahir dari keluarga yang sederhana di Sevres, Prancis. Ia memulai karir sepakbolanya bersama beberapa klub lokal Prancis. Namun, ia baru mendapatkan kontrak profesional pertamanya bersama FC Rouen pada tahun 2005. Tak lama di Rouen, bakat Ba langsung tercium oleh salah satu klub Jerman, Hoffenheim.
Akhirnya, penyerang berkebangsaan Senegal itu hijrah ke Liga Jerman pada tahun 2006. Bersama Hoffenheim yang kala itu berlaga di kasta kedua, publik sepakbola mulai mengenal Demba Ba. Performanya memang tak begitu mengesankan. Namun, talenta dan potensinya berhasil menarik klub-klub kasta tertinggi liga top Eropa.
Demba Ba jadi salah satu pemain penting yang mengantarkan Hoffenheim promosi ke Bundesliga musim 2007/08. Musim tersebut, posisi Demba Ba sebagai striker di skuad asuhan Ralf Rangnick hampir tak pernah tergantikan. Ia mencetak 14 gol dan hanya absen sekali di kompetisi liga.
Meski banyak tawaran dari klub Jerman lain, awalnya Ba masih percaya kalau dirinya akan sukses bersama Hoffenheim. Ia pun memutuskan bertahan selama beberapa musim lagi. Namun, di akhir musim 2008/09, Ba mulai tak nyaman dengan perlakuan manajemen klub. Ia sempat ingin pindah ke Stuttgart tapi kepindahannya gagal karena tak lolos tes medis.
Penolakan
Setelah gagal pindah ke Stuttgart, tawaran dari Stoke City dan West Ham pun datang pada tahun 2011. Namun, manajemen Hoffenheim menolak mentah-mentah tawaran tersebut. Mereka ingin Demba Ba bertahan lebih lama di Jerman. Situasi ini membuat Ba tak nyaman. Ia merasa klub telah memperlakukannya secara tidak adil. Ba bahkan merasa kalau dirinya diperlakukan sebagai prajurit bayaran.
Akhirnya, jiwa kawula muda membuat Ba memaksa pindah. Ia mogok latihan bahkan terbang ke Inggris tanpa sepengetahuan Hoffenheim untuk melancarkan negosiasi dengan kedua klub tersebut. Melihat kelakuan Ba, Hoffenheim pun sempat mengancam akan membawa kasus ini ke meja hukum. Namun, hal itu tak terjadi. Melalui diskusi yang panjang akhirnya manajemen klub terpaksa menyetujui kemauan Ba.
Ba bernegosiasi dengan Stoke City terlebih dahulu. Negosiasi awal tak menemui masalah. Rincian kontrak dan harga yang harus ditebus Stoke pun sudah disepakati. Namun, lagi-lagi Demba Ba gagal lolos tes medis. Transfer senilai 7,1 juta pounds atau setara Rp129 miliar pun gagal karena tim medis The Potters menganggap Ba memiliki masalah pada lututnya.
Manajer Stoke saat itu, yakni Tony Pulis pun membocorkan hasil tes medis Ba. Pulis berbicara kepada media-media Inggris kalau kegagalan transfer Demba Ba disebabkan oleh kondisi lututnya yang mengkhawatirkan. Menurutnya, lutut pemain Senegal itu bagaikan sebuah bom waktu. Lututnya bisa meledak kapan saja apabila tidak dirawat dengan baik.
Fitnah Menyebar
Dengan cepat, berita ini pun menyebar ke seluruh penjuru daratan Inggris. Padahal Demba Ba merasa baik-baik saja dengan lututnya. Ia selalu bisa memberikan 100% kemampuannya di lapangan. Lantas, berita yang tersebar itu membuat value-nya di mata klub-klub yang berminat untuk mendatangkannya turun. Ba dianggap pemain pesakitan.
Bahkan West Ham yang awalnya berani membayar mahal sang pemain akhirnya mengubah rincian kontraknya. Ketika bernegosiasi dengan Demba Ba, pihak The Hammers hanya mau membayar sang pemain per pertandingan saja. Jadi, ketika Ba tak turun ke lapangan, ia tak akan mendapatkan uang. Sebegitu pesimisnya West Ham kepada kondisi lutut Demba Ba.
Pelatih West Ham saat itu, yakni Avram Grant begitu menginginkannya, tapi karena ada isu yang kurang sedap, manajemen sepakat untuk tetap merahasiakan kedatangannya. Dilansir The Sun, Demba Ba bahkan harus diselundupkan di bagasi mobil ketika menuju tempat latihan. Itu bertujuan untuk menghindari kerumunan wartawan yang sudah menanti di depan pintu kamp latihan West Ham.
Ba resmi berseragam West Ham pertengahan musim 2010/11. Di saat klub sedang berusaha bebas dari jerat degradasi, Demba Ba membuktikan kalau perkataan Tony Pulis salah. Ia membuktikannya dengan mencetak tujuh gol dari 12 pertandingan Liga Inggris. Sayangnya, gol-golnya itu tak bisa menyelamatkan The Hammers dari degradasi.
Performa Terbaik
Mereka yang mengeluhkan cedera dan potensi inkonsistensi Demba Ba tiba-tiba terdiam. Orang-orang yang meremehkan Demba Ba kini mulai sadar kalau sang pemain memang memiliki kualitas yang sangat baik. Melihat itu, Alan Pardew yang saat itu masih menukangi Newcastle pun merekrutnya pada musim panas 2011.
Sama halnya di West Ham, Demba Ba menampilkan performa yang luar biasa musim 2011/12. Meski sempat seret gol di empat pertandingan pertama, Ba membuka kran golnya melalui hattrick luar biasa saat The Magpies menjamu Blackburn Rovers. Setelah itu, Demba Ba tak henti-hentinya mencetak gol.
Gol-golnya ke gawang Aston Villa, Norwich, Tottenham, hingga Manchester United, membuktikan kalau sang pemain bukan striker kaleng-kaleng. Dari sekian banyak golnya, hattrick ke gawang Stoke City tetap jadi yang teristimewa bagi Ba. Tiga golnya berhasil membungkam Tony Pulis yang telah menghambat karirnya.
Namun, Ba bersyukur tak jadi bergabung dengan Stoke City. Apabila pada saat itu ia bermain untuk Stoke, mungkin dirinya tak pernah sedahsyat seperti di Newcastle. Demba Ba membawa The Magpies finis di urutan kelima Liga Inggris musim 2011/12. Ia jadi salah satu tumpuhan mencetak gol dengan catatan 16 gol di ajang tersebut.
Dihargai Murah, Tapi Tak Terbukti
Musim kedua Demba Ba di Newcastle sedikit lebih baik. Ia sudah mencetak 13 gol dari 20 pertandingan. Gaya bermain Ba yang atraktif, cepat, dan mampu memaksimalkan peluang sekecil apa pun membuat Rafael Benitez yang tengah menukangi Chelsea kepincut. Akhirnya Chelsea mendatangkannya pada Januari 2013.
Sayangnya, manajemen The Blues masih terpengaruh bualan Tony Pulis. Mereka masih meragukan kondisi lutut dari sang pemain. Jadi, kepindahan Ba tak melibatkan uang yang besar. 8,5 juta euro atau Rp136 miliar jadi angka yang tak sebanding dengan performanya musim itu.
Namun, Demba Ba tetap menerima. Setidaknya, dengan bermain di tim langganan kompetisi Eropa bakal jadi peningkatan karir baginya. Sialnya, prediksi Ba kurang tepat. Meski berhasil menghadirkan trofi Europa League musim 2012/13, sang pemain justru kesulitan bersaing dengan nama-nama besar seperti Eden Hazard dan Fernando Torres.
Puncaknya, Chelsea yang kembali menunjuk Jose Mourinho pada akhir musim, justru membeli beberapa striker baru macam Samuel Eto’o dan Diego Costa. Situasi ini semakin sulit bagi Demba Ba dan akhirnya hengkang ke Besiktas pada tahun 2014.
Ba masih terus berkelana ke beberapa kompetisi hingga akhirnya memutuskan pensiun di tahun 2021. Faktanya, selama belasan tahun berkarir ia tak pernah mengalami cedera di bagian lutut seperti yang digembar-gemborkan Tony Pulis.
Sumber: These Football Times, Independent, Chronicle, Daily Mail, The Sun