Jejak Keislaman Klub Liga Inggris, Newcastle United

Sebelum diakuisisi oleh negara Islam yang kuat seperti Arab Saudi, sudah sejak lama Newcastle United identik dengan kuatnya aroma Islam di dalamnya. Tak heran beberapa pemain, kebijakan, bahkan hingga aksi yang berkaitan dengan Islam banyak bermunculan dalam perjalanan klub asal kota Newcastle Upon Tyne itu.

Populasi Muslim Di Newcastle

Kota yang terletak di sebelah utara Inggris ini adalah kota yang dulunya bekas galangan kapal terbesar di Inggris. Sebagai sebuah pusat perdagangan, kota Upon Tyne banyak dihuni oleh beberapa imigran termasuk yang beragama muslim dari Bangladesh, India, maupun Pakistan.

Tak heran jika populasi muslim di kota ini termasuk salah satu yang terbanyak di Inggris selain London maupun Birmingham. Populasi muslim di kota ini mencapai 9% dari total 298.264 jiwa di kota ini tahun 2022. Belasan masjid dan toko yang berlabel halal banyak tersebar di penjuru kota.

Beberapa pelajar atau mahasiswa muslim di seluruh penjuru dunia pun banyak memilih Newcastle. Karena selain kuat nuansa Islamnya, juga banyak universitas yang berkelas di sana.

Keramahan serta toleransi kaum “Geordie” atau masyarakat asli Newcastle yang mengakar sejak nenek moyang mereka, juga menjadi faktor kenapa Newcastle mampu menghargai setiap minoritas.

Walikota Muslim Pertama Di Newcastle

Walikota Newcastle juga sempat dijabat oleh seorang muslim. Seorang bernama Habib Rahman terpilih menjadi Walikota Newcastle pada tahun 2021. Habib Rahman tercatat sebagai walikota muslim dan kulit hitam pertama dalam sejarah kota itu.

Sang walikota sempat mencuri perhatian dengan gaya hidupnya yang sederhana. Ia bahkan pernah kedapatan memakai sarung saat hendak pergi ke kantor maupun memimpin rapat.

Sayang masa jabatan Habib telah berakhir 2022 lalu dan digantikan oleh Karen Robinson. Namun jejak pencapaian Habib bisa menjadi inspirasi besar bagi lebih banyak lagi kaum minoritas untuk berani menunjukan kualitasnya di tengah mayoritas.

Ramah Bagi Pemain Muslim

Tak hanya walikota muslim, klub kebanggaan kota itu, yakni Newcastle United pada rentan waktu tahun 2010 hingga 2019, sempat banyak dihuni oleh para pemain muslim. Saking banyaknya, Newcastle telah tercatat sebagai tim yang paling banyak dihuni pemain muslim di Liga Inggris.

Kehadiran para pemain muslim ke Newcastle selain tentu kualitas yang dibutuhkan tim, juga tak dipungkiri karena kuatnya nuansa Islami di kota ini. Maka tak heran beberapa pemain muslim memilih untuk mempertimbangkan tawaran Newcastle daripada klub lain.

Para pemain muslim Newcastle selama satu dekade ke belakang diantaranya adalah Hatem Ben Arfa, Mehdi Abeid, Cheikh Tiote, Pappis Cisse, Demba Ba, Massadio Haidara, Mapou Yanga Mbiwa, Moussa Sissoko, Mohamed Diame, Islam Slimani hingga yang terakhir Nabil Bentaleb.

Bangun Tempat Ibadah di Stadion

Dari adanya beberapa pemain muslim tersebut, tercetuslah ide guna membangun sebuah tempat ibadah umat Islam di St James Park. Ide itu muncul dari diskusi mantan pelatih Newcastle, Alan Pardew dengan sekretaris klub ,Lee Charnley.

Pardew menganggap perlunya mengakomodir jumlah pemain muslim yang besar di dalam skuadnya agar tak kesulitan dalam menghadap tuhannya. Karena bagi Pardew para pemain pentingnya macam Demba Ba maupun Papiss Cisse adalah seorang muslim yang taat.

Alhasil pada 2013, tempat ibadah yang berada dalam St James Park itu terbangun. Namun tak hanya tempat ibadah bagi muslim saja, ada juga tempat yang digunakan bagi pemeluk agama lain di dalamnya.

Aksi Pemain Muslim Di Newcastle

Tak hanya pembangunan tempat ibadah, dari segi ketaatan pemain terhadap Islam juga mengundang perhatian. Pada tahun 2013, Newcastle dikontrak sponsor yakni Wonga, sebuah perbankan kredit.

Namun, masuknya sponsor baru tersebut sempat mendapat tantangan keras dari pemain muslim khususnya Papiss Cisse. Penolakan Cisse disinyalir karena perusahaan tersebut lebih mirip rentenir yang memberikan bunga.

Di dalam hukum Islam, memberikan bunga pada sebuah pinjaman disebut riba dan diharamkan. Hal tersebut menjadi latar belakang penolakan pemain asal Senegal itu. Dilansir Daily Mail, sikap Cisse itu awalnya diperkirakan akan diikuti pemain muslim lainnya.

Ketika itu sempat muncul juga dukungan dari Dewan Muslim Inggris yang menyerukan untuk setiap pemain muslim di Newcastle agar mendukung sikap Cisse tersebut.

Namun apa yang terjadi? Menurut mantan pemilik Newcastle, Mike Ashley, Wonga tetap akan terpampang di jersey Newcastle. Kata Ashley, para pemain sudah dikondisikan untuk menerima keadaan tersebut, termasuk Cisse.

Itu baru satu kasus, ada lagi kasus lain yang heboh pada 2015. Ketika ada organisasi Islam sayap kanan yang mengatasnamakan diri sebagai Pegida menyelinap di Kota Newcastle.

Pegida adalah kelompok yang bertujuan membasmi islamisasi di kawasan Eropa termasuk Inggris. Sasaran dari kelompok tersebut adalah kaum imigran muslim di kota-kota Inggris termasuk Newcastle.

Jelang laga melawan Aston Villa 28 Februari 2015, rencananya akan ada aksi dari para Pegida tersebut. Sissoko lantang dan berani menentang aksi tersebut dengan mengajak seluruh masyarakat Geordie dan fans Newcastle agar bersatu untuk menjaga stadion dari aksi para penyelinap tersebut.

Para Geordie ditambah suporter Toon Army yang berkumpul dan memenuhi St James Park di laga tersebut berhasil menciutkan nyali kelompok Pegida tersebut. Alhasil, aksi itu urung terjadi. Disisi lain Moussa Sissoko malah berhasil memimpin skuad Toon Army meraih kemenangan di lapangan atas Aston Villa 1-0.

Akuisisi Arab Saudi dan Sponsor Judi

Dari mulai latar belakang populasi muslim di Newcastle, kedatangan banyak pemain muslim, serta penghargaan yang tinggi bagi umat muslim di sana, sampailah pada Newcastle yang diakuisisi oleh negara Islam, Arab Saudi lewat perusahan Public Investment Fund (PIF) pada 2021 lalu.

Simbol kepemilikan Arab Saudi sebagai negara Islam semakin memperkuat nuansa Islami di Newcastle. Identitas-identitas Arab mulai dipakai, seperti misalnya para fans yang nonton ke stadion dengan menggunakan sorban maupun gamis ala timur tengah.

Namun di sisi lain ada satu pertanyaan besar mengenai berkurangnya para pemain muslim itu sendiri di era kepemilikan Saudi ini. Praktis kini tak ada lagi pemain muslim di skuad Newcastle sejak yang terakhir kali yakni Nabil Bentaleb di 2019.

Ada juga pertanyaan lain yang mengatakan kenapa di bawah kepemilikan Saudi masih memakai sponsor judi? Faktanya memang mereka masih terikat kontrak dengan perusahaan judi tersebut hingga akhir musim 2022/23 mendatang. Namun sang pemilik kini dengan tegas mengatakan bahwa selanjutnya mereka sudah tak akan lagi memakai sponsor judi tersebut.

Kini faktanya Newcastle sudah jauh terlebih dahulu kuat nuansa Islamnya sebelum diambil alih Arab Saudi. Newcastle sebagai klub sepakbola maupun kota, telah menjadi rumah yang nyaman bagi para muslim maupun kaum minoritas lain. Kini ditambah dengan kepemilikan Arab Saudi tentulah menjadi harapan, klub dan kota ini akan terus ramah bagi Islam maupun kaum minoritas lainnya.

Sumber Referensi : irishmirror, mirror, chroniclelive, varbes, theguardian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Code Blog by Crimson Themes.