Kejeniusan Xabi Alonso Selamatkan Bayer Leverkusen dari Degradasi

Bayer Leverkusen memberikan kekalahan ketiga bagi Bayern Munchen di kompetisi Bundesliga musim ini. Kekalahan dari Leverkusen membuat The Bavarian mulai panik karena posisinya di puncak tergeser oleh Borussia Dortmund. Menariknya, aktor di balik kepanikan itu adalah mantan pemainnya sendiri, Xabi Alonso yang kini melatih Leverkusen.

Alonso mengaku senang bisa menaklukan mantan klubnya itu. Perlu kita ketahui, sebelum ditunjuk sebagai pelatih Leverkusen, Bayern Munchen merupakan klub profesional terakhir Alonso sebelum akhirnya memutuskan gantung sepatu. Bermain di BayArena, Leverkusen berhasil meraih kemenangan 2-1 atas Bayern.

Sebelum mengalahkan Bayern Munchen, Alonso membawa skuadnya mengamankan satu tiket di babak delapan besar Europa League. Pencapaiannya ini langsung menarik perhatian publik sepakbola. Apabila membicarakan kemampuannya saat masih merumput tentu sudah tak bisa diragukan lagi. Namun, sehebat apa Xabi Alonso saat melatih?

Minim Pengalaman Tapi Banyak Belajar

Setelah pensiun dari karir sepakbolanya yang gemilang pada tahun 2017, Xabi Alonso belum mau berpisah dari dunia yang membesarkan namanya itu. Gelandang asal Spanyol langsung dipasrahi menjadi pelatih Real Madrid U-14 persis setahun sejak memutuskan pensiun.

Beberapa rekan senegaranya pun yakin kalau Xabi berbakat dalam melatih. Apalagi saat masih bermain ia dikenal sebagai gelandang yang mau mengambil sari-sari ilmu manajerial dari pelatihnya terdahulu. Sebut saja macam Rafael Benitez, Jose Mourinho, hingga Pep Guardiola. Xabi telah belajar dari yang terbaik di dunia. 

Mantan punggawa Liverpool itu dianggap sebagai pelatih muda potensial kala menukangi skuad muda Real Madrid. Setelah setahun melatih akademi El Real, Xabi ditunjuk untuk menakhodai skuad cadangan Real Sociedad pada tahun 2019. Meski tak pernah dipercaya untuk memegang tim utama Sociedad, Xabi tetap menikmati setiap prosesnya.

Setelah mendapat banyak ilmu secara teori saat masih bermain, ia mulai mempraktekkannya di Real Sociedad B. Ia dengan cepat memahami bagaimana cara melatih dan bagaimana membentuk pola permainan klub. Ia juga tampak nyaman bekerja dengan pemain-pemain muda di Sociedad B. 

Baru musim kedua, kinerjanya sudah menuai hasil. Mantan punggawa Real Madrid itu membantu Sociedad B meraih tiket promosi ke Divisi Segunda melalui playoff. Dan kiprahnya di Sociedad B lah yang menarik perhatian klub-klub besar termasuk Bayer Leverkusen untuk merekrutnya.

Penunjukan Xabi Sebagai pelatih Leverkusen

Meski banyak yang mendekati Xabi Alonso, Bayer Leverkusen dirasa jadi yang paling serius untuk mendapatkannya. Bagaimana tidak? Kondisi tim saat itu benar-benar bak kapal pecah. Buruknya performa Bayer Leverkusen asuhan Gerardo Seoane sudah terlihat sejak awal musim. Padahal musim lalu klub ini merupakan pesaing ketat Bayern Munchen dan Borussia Dortmund di papan atas klasemen Bundesliga.

Leverkusen yang sudah lelah bersabar akhirnya memecat Seoane dan menggantikannya dengan Xabi Alonso. Direktur Olahraga Bayer Leverkusen, Simon Rolfes berterima kasih atas dedikasi Seoane terhadap klub di musim lalu. Namun, keputusan ini diambil karena kini klub tersesat dari jalan kesuksesan.

Xabi Alonso ditunjuk karena klub percaya akan kemampuannya, terutama ketika menjadi pemain. Simon Rolfes mengatakan, dengan kehadiran Xabi, timnya berarti merekrut pemain kelas dunia sekaligus ahli strategi yang cerdas. Setidaknya, Xabi menurut Rolfes sudah sukses di tiga liga dari lima liga top Eropa.

Namun, penunjukan Xabi adalah perjudian. Ia walau bagaimana belum banyak pengalaman melatih. Hal itu menjadi meragukan, apalagi ia dituntut agar mengangkat Bayer Leverkusen dari zona merah. Saat ia ditunjuk Leverkusen sedang berada di peringkat 17 Bundesliga. Jadi, apabila Alonso gagal, habis sudah riwayat Die Werkself.

Di sisi lain, pengalaman Xabi Alonso sebagai pemain berbicara. Bahwa ia tidak akan mudah mundur hanya karena beban berat yang ditanggungnya. Xabi punya keyakinan pada Die Werkself. Ia yakin betul pada kemampuan skuad yang dimiliki klub Kota Leverkusen itu. 

Memperbaiki Posisi Bayer Leverkusen

Janji Xabi tak hanya manis di bibir saja. Kerja seriusnya terlihat saat di laga debutnya melawan Schalke. Dilansir Sky TV, Xabi kala itu bahkan hanya duduk selama 114 detik saja. Keseriusan Xabi itu pun terbayar lunas karena timnya berhasil menggiling Schalke 4-0. 

Menang telak di laga pertama tak membuat Bayer Leverkusen terus berada di garis kemenangan. Xabi sempat terlena dan di tiga pertandingan liga berikutnya, ia tak menghadirkan kemenangan untuk Die Werkself. Bahkan ia gagal memperbaiki performa anak asuhnya di Liga Champions. 

Rangkaian hasil buruk mendorongnya untuk evaluasi. Xabi yang terbiasa bermain dengan penguasaan bola menyadari kalau skemanya tak bekerja pada tim yang selalu mendapat tekanan, seperti Leverkusen. Ia pun mengubah cara bermain tim menjadi lebih pragmatis. Dengan skema 3-4-3, Xabi meningkatkan kekompakan tim saat tak menguasai bola dan mempertajam serangan balik.

Berubahnya cara bermain Leverkusen dirasa tepat. Lima kemenangan beruntun termasuk membantai Union Berlin jadi bukti suksesnya strategi Xabi Alonso. Strategi yang sama juga jadi mimpi buruk bagi tim-tim yang kerap mendominasi pertandingan macam Bayern Munchen yang akhirnya ditaklukkan. 

Kini Xabi Alonso telah memimpin 17 pertandingan Bundesliga dengan mengumpulkan 10 kemenangan, 5 kekalahan dan sisanya berakhir seri. Performa yang jauh lebih baik tersebut membawa Die Werkself merangkak ke posisi delapan klasemen sementara Bundesliga dan mengamankan satu tempat di delapan besar Europa League. 

Percaya Pemain Muda

Mengandalkan segala pengalaman di masa lalu, ia menyeret tim keluar dari keterpurukan. Pendekatan secara emosional kepada setiap individu jadi kunci untuk memotivasi pemain-pemainnya.

Xabi yang berpengalaman dalam menangani pemain muda pun berani mempercayakan masa depan tim kepada pemain muda. Termasuk memberikan kepercayaan lebih pada Florian Wirtz dan Moussa Diaby untuk mengambil peran vital di lapangan. Wirtz sudah teruji sejak musim lalu, sedangkan Diaby mulai meningkat di tangan Xabi.

Sebelum kedatangan Xabi, Diaby gagal mencetak satu gol pun dalam delapan pertandingan pembuka di Bundesliga. Namun, Xabi membuat sang pemain bak terlahir kembali. Diaby langsung mencetak enam gol dari tujuh penampilan pertamanya di bawah asuhan Xabi. Kini Diaby sudah mengemas 12 gol dan 7 assist di semua kompetisi.

Selain Diaby, Jeremie Frimpong juga jadi pemain muda lain yang mendapat banyak kesempatan dari Xabi. Dalam formasi 3-4-3 Frimpong memainkan peran sebagai bek sayap di belakang Diaby. Manuver dan daya ledak Frimpong di sisi kanan jadi faktor penting meningkatnya performa Die Werkself beberapa pekan terakhir.

Sang Penyelamat

Setelah menembus delapan besar Europa League dan mengalahkan Bayern Munchen di Liga Jerman, skuad asuhan Xabi Alonso tengah berada di jalur kemenangan. Bayer Leverkusen bahkan selalu meraih kemenangan di lima pertandingan terakhir di semua kompetisi. Meski baru melatih Leverkusen sejak Oktober tahun lalu, Xabi Alonso sudah memberikan banyak hal positif ke dalam tim. 

Juru taktik berusia 41 tahun itu berhasil menyelamatkan Bayer Leverkusen dari jurang degradasi. Ia mengangkat performa Leverkusen yang tadinya berada di posisi terbawah kedua di Bundesliga ke posisi delapan klasemen sementara. Kini Die Werkself hanya berjarak tiga poin saja dari zona Eropa.

Sumber: Planetfootball, Football Espana, Bundesliga, Daily Mail, Goal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Code Blog by Crimson Themes.