Kisah Dua Sahabat Muslim Mendy dan Kante yang Mulai Terpinggirkan Chelsea

Siapa sangka cerita pertemuan dua bintang pesepakbola Edouard Mendy dan N’Golo Kante berawal dari ketidakjelasan karir mereka dari klub level bawah Liga Prancis. Hingga akhirnya pengorbanan kedua bestie tersebut mengantarkannya bersama dalam satu tim besar dan meraih kesuksesan.

Sebuah cerita perjalanan panjang telah ditulis dengan rapi dari dua pesepakbola muslim yang kini malah mencapai titik yang sama di Chelsea. Lantas apa lagi cerita yang akan ditulis oleh mereka kedepannya?

Cerita Pertemuan di Divisi Tiga Liga Prancis

Mari bercerita menyusuri jalan kenangan pertemuan dua bestie itu. Tanpa disadari sebuah pertandingan kasta ketiga Liga Prancis antara AS Cherbourg vs US Boulogne nantinya akan melahirkan dua pesepakbola muslim yang handal.

Tak banyak yang mengenal Mendy maupun Kante di laga itu, maklum mereka hanyalah penghuni bangku cadangan di klubnya masing-masing. Kante yang berusia 21 tahun di US Boulogne, sedangkan Mendy masih 20 tahun di AS Cherbourg. Pertandingan itu berlangsung di hadapan 880 penonton di Stadion Maurice Postaire pada 8 Januari 2013.

Untung bagi Kante, karena ia diberi menit bermain di babak kedua sebagai pengganti ketika US Bologne menang atas AS Cherbourg 3-0. Sementara Mendy hanya melongo menyaksikan timnya terbantai dan akhirnya harus terdegradasi musim itu juga.

Meski tak bertemu secara langsung di laga itu, Mendy bercerita bahwa ia tak menyangka akan bertemu dengan sosok bintang seperti Kante. Kata Mendy, ini seperti mimpi.

Bagaimanapun dirinya bersama Kante ketika itu menyadari betapa pentingnya etos kerja yang keras guna meningkatkan karir. Karena tak dipungkiri itu adalah level liga kasta ketiga Prancis, dan semua tahu kualitasnya seperti apa.

Pengorbanan Mendy dan Kante

Setelah pertemuan itu berlalu, karir mereka berjalan ke arah yang berbeda. Kante makin dipercaya sebagai starter di US Boulogne. Ia pun di akhir musim dinobatkan sebagai pemain muda terbaik liga tiga Prancis. Berkat prestasi itu Kante direkrut klub liga dua Prancis, Caen.

Dalam mencapai peningkatan karir itu tak semudah membalikan telapak tangan bagi Kante. Pelatih Boulogne saat itu, George Tournay saat ditanya tentang kepergian Kante mengatakan, bahwa Kante adalah pribadi yang pantas untuk naik karirnya berkat sikap dan kerja kerasnya.

Tournay juga mengatakan bahwa Kante adalah pribadi yang sangat rendah hati. Kante mempunyai kontrak amatir dengan Boulogne dengan nilai gaji yang kecil. Namun, ia sama sekali tak menuntut lebih dari gajinya tersebut selain menit bermain dan kerja keras.

Setelah Kante naik kelas di liga dua Prancis, lalu apa yang terjadi dengan Mendy? Pengorbanan kiper asal Senegal itu lebih berat dibanding Kante. Ia masih bertahan di Cherbourg, namun mulai dapat kesempatan menit bermain lebih.

Di saat kesempatan itu datang, ia menunjukan tajinya dengan beberapa kali mencuri perhatian ketika bermain di liga kasta empat Prancis. Bos Cherbourg saat itu Jean-Marie Huriez pun sudah percaya bahwa Mendy adalah seorang kiper shot stopper yang sangat bagus.

Mendy adalah pribadi yang hampir mirip dengan Kante. Etos kerjanya untuk mencapai level yang diharapkan sangat luar biasa. Namun karirnya tak semulus seperti apa yang Kante alami. Mendy justru setelah itu dilepas Cherbourg dan sempat tak memiliki klub selama setahun. Setahun tak bermain, Mendy sempat berpikir untuk mencari pekerjaan lain.

Ia frustasi sampai-sampai tak punya uang dan berhutang guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun pada 2015, akhirnya Mendy menerima pinangan untuk bermain sepakbola lagi bersama Marseille B di liga kasta kelima Prancis. Mendy seperti menemukan kehidupan keduanya. Dari Marseille B karirnya kemudian melesat sampai ke klub liga dua Prancis, Reims.

Sampai ke Chelsea

Berkat penampilan apik Mendy di Reims, ia akhirnya ditebus oleh klub Ligue 1, Rennes pada 2019. Mendy menjelma kiper terbaik di Rennes. Di musim pertamanya saja, ia sudah menjadi bagian yang mengantarkan Rennes duduk di posisi tiga Ligue 1 dan berhak masuk Liga Champions.

Hanya butuh satu musim saja bagi Mendy untuk meyakinkan beberapa klub besar untuk merekrutnya. Datanglah Chelsea yang melayangkan tawaran disaat masih bimbang mencari kiper selain Kepa yang kerap cedera dan blunder.

Akhirnya, pada musim 2020/21, Mendy berseragam Chelsea. Dirinya langsung ditunjuk sebagai kiper utama The Blues, baik ketika masih dilatih Lampard maupun Tuchel.

Di sinilah dua bestie itu akhirnya bertemu. Karena Kante sudah terlebih dahulu berada di tim London iu sejak 2016. Lantas apakah Kante ujug-ujug datang ke Chelsea? Singkatnya selepas dari Caen selama dua musim, talentanya kemudian dibawa ke Inggris bersama Leicester City.

Di Leicester City lah namanya melambung tinggi. Kisah Leicester City juara Liga Inggris membuatnya laris manis di pasaran. Chelsea yang ketika itu penasaran dengan talentanya, di bawah pelatih Antonio Conte langsung gerak cepat memboyongnya ke Stamford Bridge.

Liga Champions dan Gelar Bagi Negaranya

Pertemuan Mendy dengan Kante yang dikatakan sebagai sebuah mimpi itu akhirnya berakhir indah. Setelah dua pesepakbola muslim yang bersahaja ini sama-sama meraih kesuksesan dengan menjuarai Liga Champions musim 2020/21.

Gelar yang menobatkan mereka sebagai kiper dan pemain tengah terbaik musim itu. Bahkan di level negaranya, mereka berdua juga sudah sukses mengharumkan tanah kelahirannya. Kante sukses membawa Prancis juara dunia 2018, sedangkan Mendy sukses membawa Senegal juara Piala Afrika 2022.

Namun tunggu dulu, ada satu yang luput dari segala pencapaian dua bestie tersebut. Mendy belumlah mencicipi gelar prestisius di Liga Inggris, Sedangkan Kante sudah dua kali.

Hantu Cedera

Harusnya, di musim ini Mendy berpeluang untuk mendapatkannya. Namun cerita berkata lain. Mendy justru mengalami penurunan performa. Banyak blunder yang dilakukannya seperti ketika melawan Leeds di Liga Inggris. Berkat itu, tim terpaksa mengevaluasinya.

Bukan hanya ia yang dievaluasi, sang pelatih Tuchel pun dievaluasi bahkan dipecat oleh pemilik baru Chelsea. Ditambah Mendy mengalami cedera bahu yang parah. Oleh sebab itu ia pun harus absen dari 8 Desember 2022. Hingga awal Maret 2023, ia masih belum merumput.

Memang sudah jodohnya mungkin, cedera panjang Mendy itu ternyata menyusul bestie-nya yang sudah terlebih dahulu naik meja perawatan. N’Golo Kante di musim ini juga menderita cedera hamstring parah sejak bulan Agustus 2022. Hingga awal Maret 2023 ini, ia juga belum bisa merumput.

Nasib Mendy dan Kante Di Chelsea

Di saat kondisi yang belum pulih dari dua pilar penting Chelsea itu, Chelsea mengalami perubahan besar-besaran di bawah kepemilikan baru dengan pelatih dan pemain baru. Usut punya usut, kedua pemain yang masih menjalani perawatan itu akan menjadi korban dari era baru perubahan Chelsea.

Mendy contohnya. Graham Potter lebih condong mempercayai Kepa menjadi kiper utama Chelsea dengan alasan kemampuan ball playing-nya yang bagus dibanding Mendy. Begitupun Kante. Sejak hadirnya beberapa punggawa muda di lini tengah seperti Denis Zakaria, Chukwuemeka, Conor Gallagher maupun Enzo Fernandez, nasib Kante juga makin tak jelas.

Kante yang belum tentu sembuh total dan prima lagi di usia 32 tahun, membuat klub dan pelatih bimbang mempertahankannya. Buktinya perpanjangan kontrak Kante yang akan habis akhir musim ini belumlah terang benderang.

Kini kedua bestie itu dikabarkan sudah berlatih lagi di skuad Chelsea. Namun pertanyaannya, apakah mereka masih akan tetap dipercaya Graham Potter? Atau justru klub sudah merencanakan keduanya untuk hengkang musim depan?

Sumber Referensi : sportbrief, transfermarkt, goal, espn, mirror, transfermarkt

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Code Blog by Crimson Themes.