Kisah Hebat Villarreal Ciptakan Sejarah Jadi Runner Up La Liga 2007/08

Seperti lagu The Beatles berjudul “Yellow Submarine”. Ya, itulah julukan klub La Liga Villarreal. Klub kota kecil di Spanyol dengan mimpi yang amat besar. Mimpi besarnya itu bahkan sempat terwujud ketika mereka mengalami masa keemasan di bawah pelatih Manuel Pellegrini sampai Unai Emery. Villarreal namanya sempat harum di kompetisi Eropa. Akan tetapi bagaimana prestasinya di La Liga?

Tuah Pellegrini

Villarreal sejak kepemimpinan Fernando Roig sebagai presiden baru sejak 1997 silam memang mengalami perubahan yang signifikan. Termasuk yang terpenting adalah penunjukan pelatih asal Chile, Manuel Pellegrini pada tahun 2004. Ia menggantikan pelatih sebelumnya, Paquito. Mantan pelatih River Plate diharapkan mampu membawa perubahan berarti bagi Villarreal.

Pellegrini tak sendirian mendongkrak Villarreal. Kolaborasinya dengan para pemain seperti Diego Forlan, Juan Pablo Sorin, Pepe Reina, Marcos Senna, maupun Juan Roman Riquelme, jadi salah satu faktor kenapa taktik racikan Pellegrini mampu berjalan sesuai rencana.

Mengandalkan pola permainan yang atraktif dan menyerang, Pellegrini sukses membuat tim ini kompetitif di musim pertamanya datang ke tanah Matador. Publik El Madrigal pun kadung jatuh cinta pada pelatih asal Chile tersebut. Bagaimana tidak? Trofi Piala Intertoto pun langsung disabet Villarreal di musim itu.

Yang lebih spesialnya lagi, Villarreal yang dulunya belum pernah finish di posisi yang lebih tinggi dari peringkat 7 La Liga, mampu diantarkan Pellegrini finish di peringkat 3 musim itu. Musim itu sungguh bersejarah bagi “Kapal Selam Kuning”. Musim di mana pertama kalinya mereka juga lolos ke Liga Champions. Tapi apakah kejutan Villarreal bersama Pellegrini hanya sampai di situ?

Pasca Finish Ke 3 La Liga

Memang pencapaian Villarreal finish di peringkat 3 La Liga adalah sesuatu yang sangat dibanggakan publik El Madrigal. Tapi apakah mereka jumawa dengan hasil itu? Faktanya, mereka malah tambah bersemangat mencatat pencapaian tertinggi lainnya di musim-musim berikutnya.

Termasuk yang tentu masih diingat banyak orang yakni di Liga Champions musim 2005/06. Debut mereka tampil di Liga Champions ternyata berakhir manis. Mereka secara heroik mampu melaju hingga babak semifinal dengan menyingkirkan tim-tim hebat seperti MU maupun Inter Milan. Tentu dengan pencapaian itu makin harum pula nama Villarreal di kancah kompetisi Eropa.

Tapi di La Liga bagaimana? Mereka pasca finish di posisi ketiga tiba-tiba meredup. Ada yang menyangka bahwa itulah satu-satunya finish terbaik Villarreal sepanjang sejarah La Liga dan tak dapat diulangi lagi.

Pellegrini mengaku sangat sulit membagi kekuatan untuk fokus di dua kompetisi berbeda yang sama ketatnya yakni La Liga dan Liga Champions. Apalagi Villarreal melaju hingga babak semifinal di musim 2005/06. Kedalaman skuad mereka sangat terganggu. Itulah sebabnya mereka tak lagi konsisten di La Liga.

Musim 2005/06, mereka merosot dengan finish di urutan 7 La Liga. Sedangkan di musim 2006/07, ketika tak tampil lagi di Liga Champions, mereka ternyata bisa naik peringkat yakni di posisi 5 La Liga.

Pellegrini Diperpanjang, Kehilangan Riquelme dan Forlan

Nah jelang musim baru 2007/08, Villarreal berbenah total. Pellegrini yang kontraknya semula akan habis pada 2008 diperpanjang menjadi sampai tahun 2010. Perpanjangan kontrak itu pun ternyata berbuah manis. Sang pelatih lebih fokus lagi membenahi tim untuk jangka panjang. Minusnya, tak ada lagi pemain bintang seperti Juan Roman Riquelme dan Diego Forlan di skuad Pellegrini.

Di atas kertas kekuatan Villarreal dianggap sudah habis ketika kehilangan dua pilar tersebut. Karena tak dipungkiri selama ini pemain yang bisa menggendong Villarreal adalah dua pemain tersebut. Riquelme ketika itu memutuskan untuk pulang kampung ke Boca Juniors, sementara Diego Forlan malah membelot ke klub rival, Atletico Madrid.

Namun Pellegrini tak masalah kehilangan dua pilarnya. Ia berusaha membangun skuad baru Villarreal tanpa ketergantungan pada Riquelme dan Forlan. Skuad baru Villarreal dibentuk di antaranya dengan pemain macam Robert Pires, Diego Godin, Giuseppe Rossi, Matias Fernandez, Cani, Santi Cazorla, Joan Capdevila, maupun Nihat Kahveci. Ditambah pemain pilar yang masih bertahan macam Marcos Senna.

Runner Up La Liga

Para pemain baru tersebut nyatanya mampu diracik dengan tepat oleh Pellegrini. Dengan didominasi penggunaan format 4-4-2, The Yellow Submarine sukses tumbuh dan berkembang dengan para pilar barunya.

Meski kagok di awal musim dengan dicukur habis 0-5 oleh Real Madrid di El Madrigal, skuad baru Pellegrini tersebut mampu bounce back di laga-laga berikutnya. Poin-poin penting melawan tim-tim papan bawah mampu mereka raih.

Tak lupa juga mereka fantastis di musim itu ketika mengalahkan tim papan atas seperti Barcelona, Valencia, maupun Atletico Madrid. Barca keok 3-1 di El Madrigal dan 1-2 di Camp Nou. Sementara Valencia, takluk 3-0 dua kali berturut baik di Mestalla maupun El Madrigal. Begitupun klub baru Diego Forlan, Atletico Madrid. Villarreal menang 3-4 di Vicente Calderon dan 3-0 di El Madrigal.

Beberapa pencapaian fantastis tersebut ternyata menambah motivasi tersendiri bagi skuad baru Pellegrini untuk konsisten mengarungi musimnya dengan paripurna. Benar saja, di enam laga jelang musim berakhir, Villarreal sapu bersih laga dengan kemenangan. Masing-masing melawan Valladolid, Real Betis, Getafe, Recreativo Huelva, Espanyol dan Deportivo La Coruna.

Alhasil sejarah pun tercipta. Yang awalnya dianggap pencapaian Villarreal hanya mentok finish di posisi 3 La Liga, kini semuanya berubah. Villarreal mampu finish di posisi ke-2. Mereka sukses jadi runner-up la liga musim 2007/08 dengan total raihan poin 77.

Klub Kejutan

Momen bersejarah tersebut adalah pencapaian tertinggi Villarreal hingga sekarang yang belum pernah diulangi lagi. Musim 2007/08 menjadi saksi bahwa tim medioker macam Villarreal bisa kok menciptakan sejarah sebagai tim kejutan yang berhasil masuk dua besar La Liga. Kisahnya tersebut meneruskan pencapaian yang pernah diraih tim macam Athletic Bilbao, Valencia, Real Sociedad, maupun Deportivo La Coruna.

Sejak terakhir kali Valencia menjadi juara La Liga pada 2004, hanya Villarreal lah tim yang bisa masuk dua besar La Liga kecuali Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid. Karena memang ketiga tim itulah yang secara tradisional menguasai hegemoni La Liga selama bertahun-tahun.

Hingga kini belum ada lagi “Villarreal baru” lagi yang bisa mengejutkan finish di dua besar La Liga. Ya, bagaimanapun kisah fenomenal pencapaian Villareal di musim 2007/08 patut untuk dikenang. Hal itu pasti akan dicatat di buku sejarah mereka hingga hari ini. Meski sebuah trofi pada saat itu belum mendekap dalam pangkuan The Yellow Submarine.

Sumber Referensi : medium.com, transfermarkt, playmakerstats, eurosport, tribalfootball

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Code Blog by Crimson Themes.