Manchester City mendapatkan hasil yang memuaskan dari tur pramusim mereka di Jepang. Di tur ini mereka menjalani dua laga. Yang pertama adalah melawan Yokohama F Marinos. Meskipun sempat tertinggal di awal laga, City bisa membalikkan keadaan. The sky blue mampu menyelesaikan pertandingan dengan skor meyakinkan 5-3.
Di pertandingan kedua, pasukan Pep Guardiola bertemu lawan yang lebih sulit Bayern Munchen. Pertandingan hampir berjalan imbang 1-1 setelah Bayern mencetak gol penyeimbang di menit ke-81. Namun Aymeric Laporte bisa memastikan City menang lewat golnya di menit ke-86.
Di atas kertas, itu adalah hasil yang positif. Namun Pep mengaku kalau timnya masih jauh dari kata sempurna. Ia mengungkapkan kalau kondisi timnya sedang tidak baik. Meskipun begitu mereka masih bisa mengandalkan mentalitas untuk menang.
“Kami berada jauh dari kondisi terbaik kami untuk berada di puncak. Kami mengandalkan mentalitas dan apa yang kami miliki. Tapi itu normal. Ini adalah keadaan apa adanya dan yang telah terjadi di musim-musim sebelumnya. Kami selalu tidak dalam kondisi terbaik di awal musim” Ucap Pep dikutip dari Mirror.
Terlepas dari pernyataan Pep itu, ada beberapa hal positif yang dicatatkan City. Salah satunya adalah Kovacic yang ternyata masih bisa jadi andalan Pep. Juga beberapa pemain lain seperti Haaland yang masih menunjukan performa puncaknya.
Haaland Tetap Tancap Gas Di Pramusim
Haaland tentu saja masih jadi sorotan utama. Ia adalah pencetak gol terbanyak di musim kemarin. Dan itu ia catatkan di musim pertamanya bersama Manchester City. Melihat pramusim ini, sepertinya tidak ada tanda-tanda Haaland akan jadi one season wonder.
Ia menunjukan kalau dirinya masih bertekad untuk mencetak gol. Meskipun di awal musim, ia menunjukan tekad untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya. Dan itu ia tunjukkan di laga pertama, yaitu melawan Yokohama F Marinos.
Haaland masuk di babak kedua. Saat kedudukan masih imbang 2-2. Tak butuh waktu lama baginya untuk memberikan perubahan. Pergerakan di dalam kotak penaltinya membuahkan gol di menit ke-52. Membuat kedudukkan jadi 3-2
Ia juga berkontribusi pada gol keempat City di laga tersebut. Di menit ke-71, pergerakannya mampu memberikan ruang untuk Rodri. Sehingga Rodri bisa melepaskan tembakan untuk menciptakan gol. Haaland kemudian mencetak gol pamungkas di menit ke-92 setelah menerima umpan dari Cancelo.
Di pertandingan lawan Bayern, ia juga masuk di babak kedua dan masih tampil bagus. Menghadapi musuh yang lebih kompeten membuat Haaland kesusahan untuk menciptakan gol. Tapi ia beberapa kali menciptakan sentuhan mematikan dan peluang berbahaya.
Ini menyudahi masa kemarau gol Haaland setelah gol terakhirnya adalah di laga melawan Everton pada tanggal 14 Maret lalu. Ia memberi kesan tegas kepada publik. Agak sulit membayangkan Haaland bisa melampaui torehan 51 golnya musim kemarin. Tapi tidak ada yang tak mungkin bagi Haaland.
Kovacic Tunjukkan Masih Bisa Jadi Andalan
Haaland adalah pemain yang sudah jelas jadi sorotan karena permainannya di atas lapangan. Tapi pemain yang tak disangka masih bisa tunjukkan kehebatan adalah Mateo Kovacic. Yang kebetulan juga pembelian satu-satunya City sejauh ini.
Kovacic dimainkan sebagai starter di laga lawan Yokohama. Ia tampak nyaman dan langsung nyetel dengan permainan City. Ia dengan pede melakukan umpan-umpan beresiko dan menekan ke depan. Kovacic tidak terlihat seperti rekrutan baru.
Namun, kekurangan Kovacic adalah ia masih sering kehilangan bola. Itu membuat City kehilangan ball possesion. Ia juga masih harus belajar kapan harus menekan dan kapan harus bertahan. Tapi itu adalah hal yang wajar dan bagian dari adaptasi yang tak bisa dihindari di klub baru.
Di pertandingan melawan Bayern Munchen, Kovacic ditempatkan di posisi yangs edikit berbeda dari sebelumnya. Ia ditugaskan sebagai gelandang bertahan tepat di belakang bek. Dan sekali lagi ia tampil mengesankan. Kovacic mampu melakukan operan di bawah tekanan dan dengan tenang mampu merebut ball possesion.
Musim panas ini Chelsea berusaha membersihkan buku kas mereka sehingga harus menjual beberapa pemain. Kovacic adalah salah satu pemain yang harus dijual itu. Tapi biasanya klub besar tidak ingin menjual pemain ke rival senegara mereka.
Chelsea akan menyesal telah membuang Kovacic ke Man City. Bertahun-tahun Kovacic dikritik karena tidak memberikan banyak kontribusi untuk Chelsea. Tapi ternyata ia sangat cocok bermain di bawah skema Pep Guardiola.
Masalah stamina mungkin membuat Kovacic tidak akan bermain di setiap gameweek nantinya. Tapi ia adalah pemain yang cocok untuk Man City. Dibeli dengan harga 25 juta pounds, Kovacic bisa membuktikan kalau harga itu terlalu murah untuknya.
Kyle Walker Masih Dibutuhkan Pep
Pemain lain yang akan jadi bagian penting City lainnya adalah Kyle Walker. Bayern Munchen menggoda Walker untuk keluar dari Etihad Stadium. Tapi Pep sangat gigih untuk mempertahankannya.
“Dia pemain yang sangat penting bagi kami. Dia memiliki kualitas yang tidak dimiliki oleh pemain lain. Kami akan berjuang untuk mempertahankannya”
Guardiola sepertinya serius dengan kata-katanya itu. Di pertandingan pra musim ini, Walker dimainkan sebagai starter dan diberi ban kapten. Ia dipercaya sebagai pemain senior yang mampu membimbing rekan-rekannya di lapangan.
Jelas juga terlihat kalau Man City masih membutuhkan kemampuan Walker yang tidak dimiliki pemain lain. Yaitu kecepatannya yang membahayakan lawan. Itu ia tunjukkan di laga lawan Yokohama.
Di pertandingan melawan Bayern Munchen, kecepatannya mampu meredam serangan die bayern. Beberapa kali itu menyelamatkan City dari serangan yang dibangun Bayern. Ia juga berkontribusi pada satu gol di laga itu. Umpannya ke Rico Lewis memungkinkan City membangun serangan untuk gol pertama.
Langkah Manchester City untuk mempertahankan Walker adalah langkah yang tepat. Selain skillnya itu, pengalaman seorang pemain berusia 33 tahun juga dibutuhkan di skuad. Walker adalah aset berharga City. Terlebih tampaknya Man City masih belum punya penggantinya.
Ederson Masih Tak Tergantikan
Bicara soal pemain penting, tentu saja Ederson jadi salah satunya. Musim kemarin ada sebuah usulan kalau Stefan Ortega pantas untuk menggantikan Ederson sebagai penjaga gawang utama.
Di pertandingan melawan Yokohama, Pep memainkan Ortega secara penuh. Tapi kiper kelahiran Jerman itu tampil buruk. Ia kebobolan gol-gol remeh yang harusnya bisa diselamatkan. Kemampuan memainkan bolanya memang baik, tapi kemampuannya melakukan penyelamatan masih jauh dari kata cukup.
Hasil berbeda tersaji ketika Ederson menjaga gawang City di laga lawan Bayern. Kiper Brasil itu berhasil melakukan penyelamatan-penyelamatan penting di laga itu. Dia juga hampir menjaga clean sheet. Kalau saja Bayern tidak mencetak gol rebound.
Manchester City masih membutuhkan Ederson di level tertingginya. Saat ini ia masih jadi kiper terbaik yang dimiliki City. Stefan Ortega masih belum memiliki tingkat kepercayaan diri yang sama.
Jadi, Ederson masih bisa bersantai. Ia tidak perlu risau posisinya akan digantikan. Sejauh ini Ederson adalah kiper terbaik City. Ia mampu memainkan gaya permainan yang diinginkan Pep. Sekaligus menunjukan kemampuan shot stopper seperti penjaga gawang konvensional.
Namun fakta itu memunculkan masalah lain. Manchester City adalah tim yang terkenal dengan kedalaman skuadnya musim kemarin. Begitu juga tampaknya di musim depan. Tapi posisi penjaga gawang sering terlewatkan dari perbincangan.
Gaya permainan City yang jarang diserang membuat posisi penjaga gawang terhiraukan. dan juga ini karena Ederson bisa tampil baik di sepanjang musim. Jika saja, amit-amit Ederson cedera di laga penting, Pep bisa pusing. Sebab Ederson jadi satu-satunya orang yang tak tergantikan di starting eleven Manchester City.
Sumber referensi: Daily, MEN, Mirror, Goal, Goal 2, Athletic