Hengkangnya Roberto Firmino ke Al-Ahli membuat nomor punggung 9 di Liverpool kembali tak bertuan. Penyerang yang tahun lalu dianggap flop, yakni Darwin Nunez akhirnya diberi kehormatan oleh pihak manajemen untuk mewarisi nomor tersebut. Tujuannya? Tentu saja agar sentuhan magis Firmino menular kepadanya.
Namun, Nunez jangan kepedean dulu. Firmino emang sukses besar ketika mengenakan nomor tersebut. Tapi sebelum dirinya, banyak yang berakhir apes ketika mengenakan nomor 9. Sejauh ini, selain Firmino cuma Fernando Torres dan Robbie Fowler yang sukses mengenakan nomor punggung tersebut. Sisanya? Hanya memperpanjang daftar pemain gagal di Anfield.
Nicolas Anelka
Pemain pertama yang mengenakan nomor sembilan adalah Nicolas Anelka. Beberapa dari kalian mungkin lupa kalau legenda Chelsea ini pernah berseragam Liverpool. Tapi itu wajar-wajar saja. Karena masa-masa pemain Prancis itu di Anfield jadi sebuah kenangan yang lebih baik disimpan daripada harus diceritakan.
Anelka datang dari PSG dengan status pinjaman pada musim 2001/02. Meski berstatus pinjaman, manajemen Liverpool tak ragu memberikan nomor punggung 9 kepada striker berkepala plontos tersebut. Soalnya, mereka tahu betul kualitasnya saat masih berseragam Arsenal. Kala itu, Anelka dikenal sebagai striker yang kuat dan tajam di depan mulut gawang.
Sayangnya, Anelka yang didatangkan Liverpool sudah tak sama lagi dengan Anelka yang ada di Arsenal. Penyerang kelahiran Le Chesnay, Prancis itu hanya mencetak 5 gol dari 22 penampilan. Gagal membuktikan diri, Liverpool akhirnya tak mempermanenkan sang pemain.
El-Hadji Diouf
Tak mempermanenkan Anelka, Liverpool pun mendatangkan El-Hadji Diouf. Bersinar di Piala Dunia 2002 bersama Timnas Senegal, Liverpool kepincut dengannya. Awalnya semua mengira ini merupakan bisnis yang cerdas, karena Liverpool mendapatkan salah satu bintang Piala Dunia. Tapi perkiraan itu meleset.
Diouf memang menandai debutnya di Anfield dengan manis. Mantan penyerang Blackburn Rovers itu langsung mencetak dua gol saat melawan Southampton. Tapi kegembiraan itu hanya bertahan sesaat. Diouf justru mengalami penurunan jumlah gol. Ia bahkan tak pernah mencetak gol dalam tujuh bulan kemudian.
Beberapa media pun beranggapan kalau Diouf mengalami star syndrome setelah namanya memuncak di Piala Dunia. Egonya mulai membumbung tinggi dan itu mempengaruhi karakternya di lapangan maupun di ruang ganti. Ia jadi sosok yang mudah emosional dan merasa selalu ingin didengar.
Sikapnya yang sombong itu membuat beberapa rekannya tak senang. Diouf bahkan sempat mengaku kalau selama di Liverpool dirinya tak pernah diajak bicara oleh Steven Gerrard. Alhasil, ia hanya bertahan selama dua musim sebelum akhirnya jadi pemain pinjaman dan dilepas ke Bolton tahun 2005.
Djibril Cisse
Nama selanjutnya juga datang dari pemain Prancis, Djibril Cisse. Datang dari Auxerre pada tahun 2004, Cisse dipercaya mengenakan nomor punggung sembilan oleh manajemen Liverpool. Nomor tersebut dipilih karena Cisse sudah mengenakan nomor tersebut selama tiga musim membela Auxerre.
Didatangkan dengan tujuan untuk menggantikan Michael Owen yang memutuskan hengkang ke Real Madrid, Cisse awalnya tampil memuaskan dengan akselerasi, tendangan gledek dan beberapa gol yang telah dibuatnya. Namun, cedera patah kaki pada November 2004 membuat Cisse tak pernah mencapai level yang diharapkan.
Meski kembali dengan cepat, Cisse tak pernah mencapai performa yang sama dengan dulu. Inkonsisten mulai menyerang pemain yang gemar menggonta-ganti model rambutnya itu. Setelah memenangkan Liga Champions bersama The Reds musim 2004/05, musim selanjutnya Cisse pun dipinjamkan ke Marseille.
Andy Carroll
Pemain selanjutnya yang gagal membuktikan diri ketika mengenakan nomor 9 adalah Andy Carroll. Tak perlu diceritakan pun kalian sudah tahu kan gimana kiprahnya di Anfield? Didatangkan bersamaan dengan Luis Suarez tahun 2011, Carroll yang diwarisi nomor sembilan milik Fernando Torres justru tampil loyo. Padahal, performa sebelumnya bersama Newcastle United berhasil membius publik sepakbola Inggris.
Jika ditanya mengapa Carroll gagal di Liverpool, jawabannya cukup mudah. Karena sang pemain pada dasarnya tak mau bermain untuk The Reds. Hal itu diungkapkan Carroll tujuh tahun setelah kepindahannya. Kepada Talksport, Carroll berkata ia tak pernah menginginkan transfer tersebut. Jadi, ia sempat berniat untuk menggagalkan tes medis di Liverpool.
Tapi Carroll mengurungkan niatnya. Transfer itu tetap terjadi dan Carroll akhirnya bermain tanpa menggunakan hati. Alhasil di musim pertamanya, Carroll lebih banyak mengalami cedera daripada bermain. Ia selalu bermasalah dengan kebugaran dan etos kerja di lapangan.
Brendan Rodgers yang tak menyukai sikap Carroll akhirnya meminjamkan sang pemain ke West Ham. Selama mengenakan nomor 9 di Liverpool, Carroll hanya mencetak 11 gol dari 58 pertandingan di semua kompetisi.
Iago Aspas
Iago Aspas memang dikenal sebagai striker jempolan selama berseragam Celta Vigo. Kemampuannya yang ditunjukan di Liga Spanyol juga membuat dirinya menembus skuad Timnas Spanyol yang tampil di Piala Dunia 2018. Namun, di balik kesuksesan itu ada masa kelam yang dialami Aspas di Liverpool.
Setelah konsisten mencetak dua digit gol bersama Celta Vigo, Aspas didatangkan The Reds pada tahun 2013 dan langsung mengenakan nomor punggung 9 peninggalan Andy Carroll. Tapi bukannya tampil apik seperti di Celta, Iago Aspas justru tak mampu berbuat banyak di Liga Inggris.
Fisik Aspas dinilai jadi permasalahan utama. Dilansir Bleacherreport, Aspas terlalu kurus untuk berduel dengan bek-bek Liga Inggris yang dikenal mengedepankan kontak fisik. Aspas banyak kehilangan bola di area lawan. Ia juga lemah dalam duel udara maupun darat. Oleh karena itu ia kalah saing dengan Raheem Sterling dan Daniel Sturridge. Aspas mencatatkan 15 pertandingan dan hanya mencetak satu gol untuk The Reds.
Rickie Lambert
Semusim berselang, karena Liverpool sudah kehilangan Luis Suarez dan Iago Aspas tak bisa diandalkan. Brendan Rodgers kembali mendatangkan beberapa striker, termasuk Rickie Lambert. Ia didatangkan bersamaan dengan Fabio Borini dan Mario Balotelli. Tapi yang dihadiahi nomor punggung 9 ya si Lambert ini.
Kedatangannya tak diharapkan. Beberapa fans bahkan bertanya-tanya mengapa Rodgers mendatangkan striker yang sudah berusia 32 tahun. Tak ada yang spesial dari sang pemain. Satu-satunya yang bisa diunggulkan adalah dedikasinya. Karena Lambert merupakan fans Liverpool dari kecil.
Mendapat kesempatan bermain di tim impiannya, Lambert justru gagal membuktikan diri. Ia hanya mencetak tiga gol dari 36 pertandingan di semua kompetisi. Ia hanya bertahan semusim sebelum akhirnya dilepas ke West Bromwich Albion tahun 2015.
Christian Benteke
Terakhir tentunya Christian Benteke. Mungkin satu-satunya yang bisa diingat dari masa kerjanya di Liverpool adalah gol salto ke gawang Manchester United tahun 2015. Sisanya? Biasa-biasa saja. Benteke hanya memperpanjang nama penyerang yang gagal bersinar mengenakan jersey nomor 9 di Liverpool.
Padahal Benteke tampil cukup baik di musim sebelumnya bersama Aston Villa. Ia selalu menjadi top skor klub dengan konsisten mencetak dua digit gol per musimnya. Tapi ketika pindah ke Liverpool, ia tak mampu menunjukan performa yang sama seperti di Villa. Benteke kesulitan beradaptasi dengan skema permainan.
Benteke menyoroti pergantian posisi manajer di Liverpool dari Brendan Rodgers ke Jurgen Klopp sebagai penyebab dirinya sulit bersinar. Setelah hanya mencetak 10 gol dari 42 pertandingan. Benteke dilepas secara permanen ke Crystal Palace musim 2016/17.
Sumber: Planet Football, Football Faithfull, BR, Vavel