Manchester Kota Yang Buruk? Kesan Pemain Yang Pernah Tinggal di Manchester

Manchester bukan hanya tentang sepakbola. Sejarah, budaya, ekonomi, sampai sosial, sangat mempengaruhi perkembangan kota itu. Kota “Industri”, begitu julukan yang melekat bagi kota ini.

Kehidupan kota kelahiran band Oasis ini erat hubungannya dengan sepak bola. Kehidupan di Manchester, mau tidak mau jadi suatu yang harus dinikmati tiap hari oleh pemain maupun pelatih yang membela klub asal Kota Manchester. Banyak sudah cerita yang terkuak dari para pemain dan pelatih kala tinggal di kota ini.

Mengenal Kondisi Kota Manchester

Untuk gambaran saja, kota Manchester menurut letak geografisnya terletak di barat laut Inggris, tepatnya di Borough atau kecamatan Manchester Raya. Nah, dalam Manchester Raya tersebut, terdapat beberapa kota bagian lagi, di antaranya Salford, Stockport, Trafford, Oldham, Tameside, dan Manchester itu sendiri.

Jika ditarik dari sejarahnya, kota ini memang rajanya industri. Revolusi Inggris yang menggegerkan dunia itu pertama kali berawal dari kota ini. Memang, kota ini sebagian besar dihuni oleh kelas pekerja.

Wajar apabila seabrek pabrik dari berbagai macam industri menghiasi pemandangan pinggiran Kota Manchester. Kalau diibaratkan di ibu kota Jakarta, Manchester ini adalah kawasan industri penyangganya seperti halnya Bekasi atau Depok.

Biasanya, kelas pekerja di Manchester ini selalu meluangkan waktunya di hari libur atau weekend untuk berbondong-bondong ke stadion menonton sepakbola sambil menghabiskan uang mereka dengan mabuk di pub.

Kehidupan Kota Manchester

Sekarang perlahan kota ini berkembang mengikuti zaman dengan gedung-gedung pencakar langit yang memenuhi kota. Namun hakikatnya, roh sebagai kota yang nyaman bagi para pendatang tetap tak sebaik kota di bagian Inggris lainnya. Seperti London yang lebih elite.

Kalau dibandingkan London sangat jauh perbedaannya. Dari segi gaya hidup, cuaca, kuliner, kenyamanan akses, dan sebagainya. Maka dari itu, para pendatang lebih suka untuk tinggal atau bervakansi lebih lama di London, meski di sana serba mahal biayanya.

Hidup di Manchester jangan dibayangkan seperti di televisi yang hanya menyorot keindahannya saja. Jika mengalaminya secara langsung, ternyata banyak yang tidak kerasan dengan berbagai alasan, termasuk pesepakbola.

Masalah Cuaca

Yang pertama cuaca. Hujan yang kerap turun bahkan di musim panas, serta udara dingin menusuk, begitulah sifat kota Manchester. Sudah begitu, Manchester bukanlah London yang hidup 24 jam dan penuh gemerlap. Di Manchester, toko-toko dan mall saat weekend saja sudah mulai pada tutup pukul 5 atau 6 sore.

Mantan pemain Manchester City, Nolito pernah mengungkapkannya. Dilansir fourfourtwo Nolito mengatakan bahwa ia resah dengan cuaca kelabu Manchester tiap harinya.

Sampai-sampai minimnya sinar matahari di Manchester membuat warna kulit putri Nolito yang tinggal bersamanya berubah tidak sehat. Nolito mengatakan, putrinya itu seperti hidup di goa. Dokter keluarga Nolito bahkan sampai menyarankannya untuk mengkonsumsi vitamin D secara rutin.

Nolito juga sempat berkata bahwa selain cuaca yang tak bersahabat, ia juga merasa sepi. Karena jelang petang sekitar jam 5 atau 6 sore, keadaannya seperti jam 10 atau 11 malam ketika di Spanyol. Kota sudah mulai kelabu dan mencekam. Hiruk-pikuk kebisingan kota perlahan tak terdengar lagi.

Masalah Kuliner

Bukan cuma cuaca, soal kuliner, Manchester juga ternyata kurang bersahabat bagi pendatang. Menurut Manchester Evening News, istri Gundogan, Sara Arfaoui mengatakan bahwa makanan yang ada di Manchester “sangat mengerikan”.

“Bertahun-tahun saya berusaha mencari makanan terenak di beberapa restoran di Manchester. Tapi, makanan disini semuanya beku dan tak enak. Mungkin di London banyak, tapi kalau di Manchester, maaf saja tidak ada,” kata Sara Arfaoui.

Tak hanya istri Gundogan, pacar De Gea yang juga terkadang ikut tinggal di Manchester, Edurne Garcia, juga mengucapkan hal yang sama. Ia malah membandingkannya dengan makanan yang ada di Spanyol. Edurne mengatakan bahwa makanan terenak yang ada di Manchester tak seenak makanan biasa di Spanyol.

Masalah Keamanan

Selain cuaca, kuliner, masalah keamanan juga menyertai. Dengan cuaca yang kelabu dan kondisi kehidupan yang sepi, membuat ladang kriminal di kota ini makin menjadi-jadi.

Contohnya saja apa yang terjadi pada Di Maria dan keluarganya. Ketika itu rumahnya sempat dibobol perampok dan banyak mengalami kerugian. Menurut Dailymail, istri Di Maria Jorgelina Cardoso, adalah orang yang sangat muak dengan kehidupan Kota Manchester berkat kejadian itu

Ia juga sempat melabeli makanan yang ada di Manchester “menjijikan”. Menurutnya kota ini sangat meresahkan bagi pendatang. Kota ini menurutnya juga mengerikan. Ia bahkan tak tahu apakah akan aman ketika berjalan menyusuri kota tiap saat.

Aguero, Tevez, dan Mourinho

Kehidupan yang tak menjamin kenyamanan bagi pendatang juga dialami oleh beberapa pemain lainnya. Misal Aguero. Legenda The Citizens itu bahkan dalam film dokumenter All Or Nothing yang dirilis 2018 lalu, mengaku bahwa ia sering hidup menyendiri ketika tinggal di Manchester.

Menurutnya, daripada harus merasakan kondisi kota yang tak bersahabat, ia lebih memilih aman di rumah saja. Aguero punya fasilitas lengkap di dalam rumahnya, sehingga membuat dirinya tak usah keluar rumah tiap harinya kalau tak terlalu penting.

Istri dan anak Aguero pun tak tinggal serumah dengannya. Anak dan istrinya tinggal di Argentina dan rutin mengunjunginya setiap dua bulan sekali.

Lain pula bagi Jose Mourinho. Dikutip Marca, ketika menangani MU, The Special One sempat berkata bahwa hidup di kota Manchester adalah “bencana”. Ia tak nyaman bahkan untuk berjalan menyusuri kota hanya untuk sekadar makan ke restoran atau mengunjungi mall.

Maka dari itu Mou tak mau membeli rumah di sekitar Manchester dan lebih memilih tinggal menyendiri di hotel mewah selama melatih Red Devils. Istri dan anaknya pun lebih memilih untuk tinggal di London.

Berbeda dengan Carlos Tevez. Mantan striker Manchester City itu bahkan sangat frontal dengan mengatakan kota ini “tak punya apa-apa”. Ia juga mengaku tak akan lagi kembali ke kota “mati” itu, bahkan untuk liburan sekalipun.

Manchester Kota Yang Unik

Tak selamanya kesan buruk yang terkuak dari para pesepakbola. Ada juga kisah berkesan, salah satunya adalah Juan Mata.

Menurut Juan Mata, kota ini unik. Kota yang dianggap buruk oleh sebagian orang itu, justru punya sisi lain yang sebenarnya menarik untuk dinikmati, termasuk keseniannya.

Mata sering menulis dalam blognya tentang keindahan seni, khususnya skena musik di Kota Manchester. Bahkan pasca pindah dari MU ke Galatasaray, ia tak sungkan kembali lagi ke Manchester. Seperti apa yang terjadi ketika ia meresmikan pameran seni bertajuk The Trequartista: The Art and Football United.

Menariknya, meskipun terbilang kota yang buruk, aneh, gersang, dan mencekam, namun Kota Manchester justru dilirik oleh taipan Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour. Ia bahkan bukan hanya membangun Manchester City, tapi juga menaikkan martabat Kota Manchester.

Kota Manchester memang tak segemerlap yang dibayangkan. Seiring berkembangnya zaman kota ini pasti akan berubah. Tapi seberapa besar perubahannya, ruh kota ini akan tetap sama, yakni sebagai kota industri. Ya, begitulah adanya Kota Manchester.

Sumber Referensi : dailymail, manchestereveningnews, goal, fourfourtwo, marca, theguardian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Code Blog by Crimson Themes.