Siapa di sini yang menganggap Serie A adalah liga yang ketinggalan jaman, liga grusa-grusu, atau liganya aki-aki? Ya, memang kenyataan itu sempat benar adanya, ketika gegap gempita sorotan sepakbola dunia hanya tertuju pada Liga Inggris, Spanyol, maupun Prancis yang bertabur bintang.
Serie A dengan sumber daya finansial mereka yang terpuruk setelah Calciopoli, otomatis membuat daya tawar mereka rendah di mata industri. Alhasil muncullah anggapan bahwa Serie A dengan kapasitas ala kadarnya adalah liga yang membosankan. Juaranya juga hanya itu-itu saja.
Empat Musim Empat Juara Berbeda
Namun di beberapa tahun terakhir, kenyataan telah berbeda. Selama empat musim berlalu sejak 2019/20, Serie A ternyata mempunyai empat juara berbeda, yaitu Juventus, Inter Milan, AC Milan, dan Napoli.
4 different Scudetto champions in the last 4 years 🏆
Serie A is on FIRE 🇮🇹🔥 pic.twitter.com/1RW5rNQUZF
— Italian Football TV (@IFTVofficial) May 4, 2023
Sebuah pemandangan berbeda jika dibandingkan dengan Serie A yang dulu, ketika juaranya sudah tertebak tiap musimnya. Inter di periode 2006 ke atas sempat beberapa musim meraih juara. Begitupun Juventus di periode 2011 ke atas juga selalu menjadi juara.
Empat musim dengan empat juara yang berbeda tidak hanya sebatas catatan yang menunjukan bahwa liga ini sudah tak bisa lagi dicap sebagai liga petani. Hal lain yang juga tak kalah penting, yakni menandakan bahwa liga ini lebih kompetitif. Di mana persaingan tim-tim jadi makin ketat dan susah diprediksi siapa juara tiap musimnya.
Berbeda dengan Liga Lainnya
Berbeda jika dibandingkan dengan liga-liga lain yang “katanya” lebih seru. Liga inggris contohnya. Tak usah diragukan lagi Liga Inggris sebagai liga nomor satu di dunia. Meratanya kekuatan tim besar maupun tim kecil, serta para pemain bintang yang silih berganti datang, membuat liga ini sangatlah laku dan seru.
🔵Manchester City are Premier League champions for the 4th time in the last 5 seasons!!! A Citizens Empire!!
🏆 1937
🏆 1968
🏆 2012
🏆 2014
🏆 2018
🏆 2019
🏆 2021
🏆 2022#ManCity #ManchesterCity #PremierLeague pic.twitter.com/Q6Sl8zSQtF— helpbet.com (@HelpbetC) May 22, 2022
Namun, jika yang juara sudah tertebak hanya tim-tim itu saja, apakah itu masih dianggap seru? Faktanya di empat musim terakhir, gelar juara Liga Inggris hampir selalu didominasi oleh Manchester City. Hanya Liverpool yang berhasil mencuri juara pada musim 2019/20.
Kemudian di La Liga. Peraih gelar juara tiap musimnya juga tak lepas dari tiga klub, Atletico Madrid, Real Madrid, dan Barcelona. Tak dipungkiri hanya tiga klub itulah yang menguasai sejak era 2000-an awal.
Apalagi di Ligue 1, sejak kedatangan Qatar ke PSG. Makin mudah saja Ligue 1 menemukan sang juara tiap musimnya. Di empat musim terakhir hanya Lille yang sempat berhasil mengusik PSG dengan menjadi juara. Begitupun yang terjadi di Bundesliga. Dominasi Bayern Munchen sejak 2013 sampai sekarang belum bisa dipatahkan.
BAYERN ARE BUNDESLIGA CHAMPIONS FOR THE TENTH CONSECUTIVE TIME!!!🏆🇩🇪
2013🏆
2014🏆
2015🏆
2016🏆
2017🏆
2018🏆
2019🏆
2020🏆
2021🏆
2022🏆Congratulations Bayern Munich 👏🏻🇩🇪 pic.twitter.com/eBfbYt9zTv
— AccessBET (@AccessBET) April 24, 2022
Perubahan yang Terjadi di Tim-Tim Besar Serie A
Jadi, dengan empat musim empat juara berbeda, apakah Serie A sudah layak disebut menjadi liga yang kompetitif dibanding liga lainnya? Tentu kompetitifnya Serie A beberapa musim terakhir ini tak terjadi secara tiba-tiba. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa selama empat musim mereka mempunyai juara yang berbeda.
Salah satunya adalah beberapa perubahan yang terjadi di internal tim-tim besar Serie A. Ambil contoh Juventus ketika juara berturut-turut hingga musim 2019/20. Meski Dominan, mereka sadar diri membenahi tim tiap musimnya dengan baik. Lewat sang pemilik yang tajir, Andrea Agnelli semua bisnis pembentukan tim berjalan dengan lancar.
📆 Jour pour jour en 2019 :
La Juventus remportait son huitième Scudetto consécutif, le 37ème de son histoire ! #ForzaJuve 🏆🇮🇹 pic.twitter.com/mfEzo0Lmkm
— Juventus FR (@Juve_France) April 20, 2020
Sementara itu, Inter Milan berubah drastis sejak investor asal Tiongkok hadir di 2019. Mereka mengubah kebijakan tim dengan menunjuk Beppe Marotta sebagai direktur olahraga dan Antonio Conte sebagai pelatih. Perubahan yang terjadi di kubu Nerazzurri perlahan menuai hasil. Baik itu strategi perekrutan pemain dan sistem permainan mereka.
ACCADDE OGGI: 2 maggio 2021, L’INTER DI ANTONIO CONTE VINCE IL 19º SCUDETTO 🇮🇹#AccadeOggi #OnThisDay #Inter pic.twitter.com/draFvv8fJG
— Piacere, tifo Inter! (@piacere_inter) May 2, 2023
Sama seperti yang dialami tetangganya AC Milan. Rossoneri mulai berubah sejak legenda mereka, Paolo Maldini diangkat sebagai direktur teknis pada 2019. Di bawah pemilik Elliott Management maupun kemudian Red Bird Capital, Maldini mulai berjalan pada jalan yang benar dalam membangun tim. Salah satunya yakni dengan perekrutan pemain yang cerdas, peremajaan pemain, serta penunjukan pelatih yang cocok yakni Stefano Pioli.
❌ El Milán, vigente campeón de Serie A, ya no tiene opciones de ganar el Scudetto 2022/23 a falta de 7 jornadas. pic.twitter.com/iaq4Opdp6Y
— Fútbol Italiano 🇮🇹 (@FT_Italiano) April 23, 2023
Begitu pula yang terjadi di AS Roma, ketika pemilik Amerika datang. Tak tanggung-tanggung akhirnya pelatih sekaliber Jose Mourinho pun ditunjuk sebagai nakhoda.
Sementara itu, klub-klub milik pemilik tradisional Italia seperti Lazio, Napoli, maupun Atalanta, juga tak mau kalah. Mereka juga punya direktur olahraga dan scouting yang cerdas dalam tim. Sehingga arah tim pada tiap musimnya dapat tertata rapi.
Munculnya Bintang Asing Baru di Tim Besar Serie A
Nah, Imbas dari perubahan tim itu kemudian adalah munculnya bintang-bintang baru di tiap klub. Juventus ketika terakhir kali meraih Scudetto saja masih ada mega bintang Cristiano Ronaldo. Pembelian mahal Matthijs De Ligt juga dilakukan ketika itu guna menyempurnakan lini belakang Juve.
Lalu di Inter, eksodus para pemain buangan Liga Inggris di era Conte seperti Romelu Lukaku, Alexis Sanchez, Ashley Young, maupun Christian Eriksen, terbukti mampu menjadi pilar perubahan bagi performa Nerazzurri.
📝 Christian Eriksen
📝 Ashley Young
📝 Victor Moses
📝 Romelu Lukaku
📝 Alexis Sánchez🔵⚫🔵⚫🔵⚫🔵⚫ pic.twitter.com/u0i9wEJYxM
— Football Tweet ⚽ (@Football__Tweet) January 28, 2020
Di AC Milan pun hampir serupa. Sebagian besar skuad mereka hingga kini adalah buah perencanaan Maldini sejak ia datang. Pemain asing seperti Bennacer, Rafael Leao, Brahim Diaz, Theo Hernandez, Tomori, Giroud, maupun Maignan menjadi bintang baru bagi kesuksesan Rossoneri.
Fichajes del AC Milan 2021-2022
✅Mike Maignan (POR)
✅Fikayo Tomori (DEF)
✅Sandro Tonali (MC)
✅Olivier Giroud (DEL)
✅Fodé Bollo-Touré (DEF)
✅Brahim Díaz (MC)
✅Alessandro Florenzi (DEF)
✅Pietro Pellegri (DEL)
✅Tiemoué Bakayoko (MC)
✅Yacine Adli (MC)
✅Junior Messias (MC) pic.twitter.com/tXQPtGgWaU— AC HABANA MILANO 🇮🇹 (@ACHabanaMilano) August 31, 2021
Di musim ini, Napoli menjadi juara juga ditandai dengan hadirnya para pemain asing baru yang akhirnya menjadi bintang. Pemain seperti Kvaratskhelia, Kim Min Jae, Zambo Anguissa, maupun Mathias Oliveira adalah beberapa contohnya.
Napoli are the most exciting team in Europe. Their football is magnificent to watch. And with Young Talents like Raspadori and Kvara, they are a very likeable team. Zambo Anguissa has also been a revelation in midfield, and Kim Min Jae a rock at the back. What a team. pic.twitter.com/9tLoi8KaRR
— AzM (@CFCAzM) October 12, 2022
Munculnya Magnificent Seven Baru
Munculnya tim-tim seperti Napoli maupun Atalanta yang dicap sebagai anggota baru The Magnificent Seven juga menyebabkan peta persaingan Serie A menjadi makin ketat.
Napoli yang dulu sering menjadi runner up, kini sudah mampu membuktikannya dengan meraih juara.
Mereka pun sontak menjadi kekuatan baru di persepakbolaan Italia. Sang pemilik Napoli Aurelio De Laurentiis dan direktur olahraganya Cristiano Guintoli, kerap dipuji atas kinerjanya selama ini dalam mengelola tim ini.
⚫ La Juventus quiere fichar a Guintoli, el Director Deportivo del Napoli… pero tiene contrato hasta 2024 y De Laurentiis no lo dejará ir.
[La Gazzetta dello Sport] pic.twitter.com/NaJCo4OyDD
— Soy Calcio (@SoyCalcio_) April 20, 2023
Atalanta di bawah Gasperini pun tak kalah saing. Meski belum meraih juara, mereka selama beberapa musim terakhir mampu bersaing di papan atas. Bahkan mereka sempat juga lho mencicipi Liga Champions. Selama Gasperini dan head of scouting mereka, Gabrielle Zamagna masih bekerja sama, potensi memperebutkan Zona Eropa tiap musimnya masih bisa terjaga.
UFFICIALE 📝| #Atalanta, #Zamagna rinnova: sarà direttore sportivo fino al 2020 https://t.co/CnUWrtKuaT pic.twitter.com/hhttEFtx9y
— Angolo Fantacalcio (@Angolo_Fanta) June 30, 2017
Musim Depan Juara Baru Lagi?
Nah dengan makin ketat dan kompetitifnya Serie A, tidak menutup kemungkinan musim depan akan ada juara baru lagi. Bisa jadi Lazio yang musim ini mulai meroket bersama Sarri. Atau bisa saja AS Roma jika masih dilatih Mourinho. Atau jangan-jangan justru Atalanta yang mengejutkan setelah lama dibangun oleh Gasperini?
Namun terlepas dari itu, bisa saja empat tim yang sudah menjadi juara seperti Juventus, Inter, AC Milan, dan Napoli kembali meraihnya lagi musim depan. Karena tentu evaluasi dan penambahan kekuatan juga akan mereka lakukan dengan serius.
Maka dari itu, kini menjadi serba sulit memprediksi peluang siapa peraih Scudetto musim depan. Kalaupun bisa membayangkan dari sekarang, menurut Football Lovers, siapa nih juara Serie A musim depan?
Sumber Referensi : theanalyst, totalitalianfootball, footballitalia, goal.com