Nasib Pemain Bintang yang Terakhir Kali Bawa Tottenham Juara

Harapan fans Tottenham Hotspurs sekarang berada di pundak Ange Postecoglou. Meski tak tampil di kompetisi Eropa, rasa rindu akan gelar juara tak bisa dienyahkan. Justru dengan tidak bermain di kompetisi benua biru, mayoritas fans berharap skuad didikan pelatih asal Australia itu bisa fokus di salah satu kompetisi domestik.

Wajar saja apabila fans Spurs merindukan kejayaan. Pasalnya, klub kesayangan mereka sudah lama sekali tak menjuarai trofi mayor. Terakhir kali mereka angkat piala adalah pada 2008. Kala itu The Lilywhites menjuarai Piala Liga yang pada saat itu masih bernama Carling Cup. Lantas apa kabar nasib pemain bintang yang berperan membantu Spurs menapaki tangga juara sekarang?

Dimitar Berbatov

Pemain pertama yang berjasa membawa Spurs meraih Piala Liga tahun 2008 adalah Dimitar Berbatov. Talenta paling menawan milik Bulgaria ini bisa dibilang jadi pemain terbaik dari starting line up Tottenham musim itu. Berba yang didatangkan dari Bayer Leverkusen dua tahun sebelumnya telah menjelma jadi “binatang buas” yang haus gol.

Meski gaya bermainnya terkesan malas-malasan dan hanya mencetak satu gol di turnamen tersebut, pergerakannya selalu efektif. Ia kerap merepotkan barisan pertahanan lawan. Berbatov selalu jadi pemain yang memberikan opsi umpan pada rekan-rekan satu tim. Musim 2007/08 jadi musim yang luar biasa baginya. Ia mencatatkan 15 gol di Liga Inggris. Jumlah gol tersebut yang membawanya pindah ke Manchester united di akhir musim.

Setelah memenangkan beberapa gelar lagi bersama United, Berbatov yang sempat berkelana ke Fulham, AS Monaco, dan PAOK itu mengakhiri karir di India bersama Kerala Blasters. Setelah mencatatkan 618 pertandingan dan mencetak 258 gol di level klub, ia memutuskan pensiun pada tahun 2018. Kini, ia sedang mengambil kursus kepelatihan sembari menjalani kegiatan entertainnya sebagai Brand Ambassador dan pundit sepakbola

Robbie Keane

Pemain selanjutnya ada Robbie Keane. Jika Berbatov jadi pemain terbaik di skuad juara Tottenham, maka Keane lebih tepat disebut sebagai legenda tim. Sepanjang karirnya yang diwarnai pasang surut performa, Spurs jadi klub yang bisa mengeluarkan potensi maksimal dari pria berkebangsaan Republik Irlandia itu.

Musim tersebut Keane membangun koneksi yang luar biasa dengan Berbatov di lini depan. Torehan golnya di Liga Inggris bahkan sama dengan mantan pemain Manchester United tersebut. Keane unggul dalam statistiknya di Piala Liga tahun 2008. Bermain lima kali, Keane mencetak dua gol serta tiga assist.

Setelah meraih gelar bersama Spurs, ia langsung diangkut oleh Liverpool. Namun, Keane dianggap gagal dan kembali ke Spurs musim berikutnya. Sempat bermain untuk Celtic, dan LA Galaxy, Keane pensiun di India bersama ATK. Setelah gantung sepatu, ia membangun karir di bidang kepelatihan. Sempat menjadi asisten pelatih Timnas Republik Irlandia dan Leeds United, kini ia melatih salah satu tim Israel, Maccabi Tel Aviv.

Tom Huddlestone

Dari sektor lini tengah, Spurs punya Tom Huddlestone. Pemain yang identik dengan rambut afro nya itu dikenal sebagai gelandang yang kuat dan kokoh dalam menghadapi duel. Di musim tersebut, ia merupakan pemain penting di skuad. Jadi ia tak diberikan porsi yang lebih di kompetisi Piala Liga. Dalam empat pertandingan, ia hanya mencatatkan 168 menit bermain serta mencetak satu gol.

Setelah memenangkan gelar Piala Liga pada tahun 2008, Huddlestone tetap bermain di Spurs hingga musim 2012/13. Trofi Piala Liga jadi satu-satunya penghargaan yang pernah ia raih. Menariknya, di usia yang sudah menginjak 36 tahun, secara teori Huddlestone dinyatakan belum pensiun.

Pemain kelahiran Nottingham itu kini berseragam Manchester United. Tapi bukan sebagai pemain di skuad Erik Ten Hag. Melainkan sebagai pemain sekaligus pelatih di skuad Manchester United U-21. Ia sudah menjalani peran itu sejak tahun 2022 kemarin. 

Aaron Lennon

Selanjutnya ada pemain mungil nan lincah, Aaron Lennon. Jebolan akademi Leeds United ini menjalani karir yang luar biasa di Inggris. Sudah bergabung dengan Spurs sejak tahun 2005, Lennon menjelma jadi pemain sayap yang sulit dihentikan. Ia cepat dan memiliki teknik yang luar biasa dalam menggiring bola.

Selama sepuluh tahun membela Spurs, trofi Piala Liga jadi satu-satunya prestasi yang ia capai. Pada tahun 2015, ia memutuskan untuk pindah ke Everton. Nah, di klub ini lah Lennon mengalami pengalaman yang buruk. Ia menderita depresi akibat karena jarang dimainkan oleh Ronald Koeman. Tak memiliki kesadaran yang penuh, Lennon beberapa kali terlibat dalam perkelahian di club malam.

Hal tersebut membuat Lennon menepi dari dunia sepakbola untuk waktu yang cukup lama. Ia kembali bermain tapi dengan kondisi yang sudah jauh berbeda. Ia hanya bertahan tiga tahun di Goodison Park dan memutuskan untuk bermain di Burnley. Lennon memutuskan pensiun di tahun 2022 dan fokus untuk memperjuangkan hak pemain untuk tetap hidup seimbang antara sepakbola dan fitrahnya sebagai manusia.

Jonathan Woodgate

Meski baru bergabung pada Januari 2008, Jonathan Woodgate tetap termasuk dalam skuad Tottenham Hotspur yang memenangkan Piala Liga musim 2007/08. The Lilywhites sendiri menjadi tempat yang ideal bagi Woodgate untuk membangkitkan kariernya setelah gagal total di Real Madrid.

Woodgate tercatat membela Spurs pada medio 2008 hingga 2011. Setelah mencatatkan 65 pertandingan, pemain kelahiran Nunthorpe, Inggris itu sempat bermain untuk Stoke City dan Middlesbrough sebelum akhirnya pensiun pada 2016. Setelah pensiun, Woodgate masih berkelana di dunia sepakbola sebagai orang yang mondar mandir di area teknis depan bench pemain. ya, ia jadi pelatih. Sempat menukangi Bournemouth, kini ia jadi asisten Michael Carrick di Middlesbrough.

Didier Zokora

Berikutnya ada Didier Zokora. Beberapa penikmat sepakbola mungkin lebih mengenal Didier Drogba ketimbang Didier Zokora. Meski begitu, masa-masanya di Tottenham bisa dibilang jadi salah satu yang terbaik dalam karirnya. Ia datang ke London setelah penampilan apiknya di Piala Dunia 2006 bersama Pantai Gading.

Menjadi pilihan utama Juande Ramos, Zokora tak selalu jadi pilihan utama di Piala Liga. Meski begitu, kontribusinya cukup signifikan. Ia mencatatkan empat penampilan di kompetisi tersebut. Setelah menjuarai Piala Liga tahun 2008, ia masih bertahan di Spurs selama satu musim lagi sebelum akhirnya pindah ke Sevilla.

Sempat berpetualang ke Turki dan India, Zokora dengan mengejutkan justru berlabuh ke Indonesia pada tahun 2016. Klub yang dipilihnya adalah Semen Padang. Namun ia hanya bermain sebelas kali sebelum akhirnya memutuskan pensiun. Kini ia menjabat sebagai asisten pelatih di klub lokal Pantai Gading, AFAD Djékanou.

Darren Bent

Terakhir ada Darren Bent. Ditebus dengan mahar 24 juta euro atau setara Rp400 miliar, Bent jadi pemain yang memecahkan rekor biaya transfer klub saat itu. Datang dengan biaya tinggi, tentu membuat harapan padanya melambung tinggi. Namun, Bent dicap tak mampu memenuhi ekspektasi tersebut.

Tampil delapan kali di Piala Liga, ia hanya mencatatkan dua gol saja. Setelah membantu Spurs menjuarai Piala Liga tahun 2008, ia hanya bertahan semusim lagi dan memutuskan hengkang ke Sunderland tahun 2009. Di klub tersebut Bent justru menggila, ia mencetak 24 gol dari 38 pertandingan musim 2009/10.

Sempat menjajal beberapa tim Inggris lainnya seperti Brighton, Fulham dan Aston Villa, Darren Bent memutuskan mengakhiri karirnya di dunia bal-balan di Burton Albion pada tahun 2018. Tak seperti kebanyakan pemain lain yang memilih berkiprah sebagai ahli taktik, setelah pensiun Bent justru terjun ke dunia entertain sebagai pundit sepakbola.

Sumber: The Sun, FFT, The Guardian, Talksport

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Code Blog by Crimson Themes.