Rencana Sinting Thomas Tuchel Usai Bayern Munchen Nyaris Gagal Juara Bundesliga

Thomas Tuchel lega timnya menuntaskan laga musim lalu dengan kemenangan tipis atas Cologne. Tidak hanya itu, Tuchel juga merasa plong usai keluar dari tekanan. Ia hampir saja gagal mempertahankan gelar juara Bundesliga yang sekaligus bisa merusak reputasinya sendiri. 

Musim lalu memang menjadi musim paling menegangkan di Bundesliga, setidaknya dalam kurun 10 tahun terakhir. Di mana juaranya baru bisa diumumkan usai laga pamungkas. Untungnya, Tuhan masih menghendaki Bayern Munchen yang menjadi juaranya.

Selepas melakoni musim yang sebentar dan boleh jadi membuatnya sulit tidur nyenyak, Thomas Tuchel bergegas untuk berbenah. Tuchel sepertinya tak mau lagi kejadian di musim lalu terulang. Ia telah menyiapkan banyak rencana untuk Bayern Munchen musim depan. Bagaimana rencana tersebut?

Pergantian Pelatih ke Tuchel yang Buruk

Thomas Tuchel datang sebagai manajer baru Bayern Munchen adalah sebuah kejutan. Ia sendiri bahkan tidak pernah berpikir akan menggantikan juniornya, Julian Nagelsmann di sana. Nagelsmann juga sebetulnya bukan pelatih yang layak didepak saat itu.

Di tangan Nagelsmann, Bayern tak terkalahkan di Liga Champions hingga perempat final. Rekor mentereng lainnya juga menyertai. Dan yang paling penting, Bayern di tangan Nagelsmann juga masih menjaga kemungkinan untuk mempertahankan gelar Bundesliga.

Namun, apalah hendak diperbuat, Nagelsmann dipecat saat sedang berlibur. Pemecatan yang bahkan seorang juara dunia seperti Lothar Matthaus merasa itu hanya sebuah lelucon. Tuchel masuk. Bayern Munchen menjadi sangat gugup. Mantan anak didik Ralf Rangnick itu tak punya waktu untuk mengintegrasikan taktiknya.

Sembilan laga yang harusnya disapu bersih dengan kemenangan atau minimal imbang, Bayern Munchen justru kalah dua kali. Tuchel terpaksa tepok jidat menyaksikan Bayern kalah dari RB Leipzig dan mantan timnya sendiri, FC Mainz. Itu belum termasuk kekalahan dari Freiburg di DFB Pokal.

Rekor Terburuk Tuchel

Itu juga belum termasuk kekalahan menyakitkan atas Manchester City di perempat final Liga Champions. Kekalahan yang tak akan mau diingat lagi oleh Tuchel itu sendiri. Total, 12 match Tuchel lakoni bersama Bayern Munchen. Ia hanya berhasil memetik enam kemenangan.

Selama melatih Bayern Munchen, Tuchel hanya punya rata-rata 1,67 poin per game. Ini menjadi yang terburuk selama perjalanan kariernya di tiga tim sebelumnya. Di Chelsea, Paris Saint-Germain, dan Dortmund, rata-rata poin per game-nya tidak pernah kurang dari dua.

Benar. Tuchel memang butuh waktu. Pelatih sehebat dirinya masih perlu adaptasi, bahkan di klub sebesar Bayern Munchen sekalipun. Dan musim depan adalah waktu yang tepat untuk membuktikannya. Mumpung sudah tidak ada Hasan Salihamidzic dan Oliver Kahn.

Tak Ada Salihamidzic dan Kahn

Dua nama itu adalah batu sandungan Tuchel. Ia tak leluasa bergerak kala dua orang tersebut masih berada di Allianz Arena. Dikutip ESPN, Tuchel tidak suka dengan cara Salihamidzic yang menunjuknya di ujung musim. Ia butuh ruang longgar untuk menyelaraskan idenya. Bukan kerja cepat seperti memasak mie instan.

Hari ini, Tuchel tak perlu khawatir karena Salihamidzic dan Kahn sudah dicopot dari jabatannya. Jan-Christian Dreesen, kepala finansial Bayern menggantikan posisi Oliver Kahn sebagai kepala eksekutif. Tuchel yang sebelumnya cuma menuruti kemauan Salihamidzic, kini punya peran besar dalam bisnis transfer.

Ia diberi keleluasaan soal siapa pemain yang akan diangkut dan siapa yang bakal disingkirkan. Uli Hoenes dan Rummenigge juga siap membantu Tuchel. Rummenigge menduduki kursi dewan pengawas, sedangkan Uli seorang penasehat.

Sudah Bertemu 

Thomas Tuchel pun sudah bertemu dengan para dewan klub. Pertemuan berlangsung dalam enam minggu hanya untuk membahas rencana klub musim depan. Tuchel tampak senang karena bisa memberikan pendapatnya di pertemuan itu. Klub dan Tuchel masih saling mengenal untuk melebur ide.

Pertemuan itu pun tidak berakhir seperti obrolan di warung kopi. Setidaknya ada sekitar delapan poin yang bisa dipetik dari pertemuan tersebut. Pertama, soal kurangnya striker. Setelah ditinggal Lewandowski, posisi striker utama kosong. Eric Choupo-Moting cuma bikin kepala pusing.

Bayern butuh striker baru. Awalnya Harry Kane, tapi mereka kini mengincar Victor Osimhen. Munchen juga akan mengambil keputusan soal Sadio Mane dan Gnabry. Tuchel dan tim juga mempertimbangkan Noussair Mazraoui dan Ryan Gravenberch yang terlihat kurang senang dengan peran mereka.

Lalu, keputusan apakah Tuchel akan memakai Goretzka. Posisi Thomas Muller juga akan diperhatikan. Di posisi mana ia bermain musim depan. Keputusan memperpanjang kontrak Alphonso Davies dan Lucas Hernandez pun tiba-tiba tidak jadi.

Memilih mana di antara Yann Sommer, Neuer, Alexander Nubel, dan Sven Ulreich yang akan jadi kiper utama. Dan keputusan apakah akan mempermanenkan Joao Cancelo atau tidak. Tuchel memilih opsi yang kedua.

Skema Tiga Bek

Bayern Munchen sejauh ini akrab dengan formasi seperti 4-2-3-1. Susunan itu teruji dari masa ke masa. Hanya Pep Guardiola yang pernah mencoba variasi dari skema itu menjadi 4-3-3. Tuchel pun di awal melatih Die Roten memakai skema tersebut. Dan tentu saja, itu bukan Tuchel sekali.

Ia adalah penganut mazhab tiga bek yang konservatif dengan taktiknya. Tuchel terkenal kepala batu dan tak mau menggeser taktiknya. Jadi, tidak aneh kalau ketika memakai 4-2-3-1 hasilnya kurang memuaskan. Tuchel berencana akan memakai kembali format tiga bek musim depan.

Itu sama sekali bukan masalah bagi Bayern Munchen karena Nagelsmann juga pernah memainkan tiga bek. Tuchel punya dua opsi musim depan: 3-4-3 atau 3-4-2-1. Demi mendukung skemanya itu, Tuchel membutuhkan dua bek sayap yang mengerti cara bermain dengan tiga bek.

Pemain yang Akan Mendukung Skema Tuchel

Raphael Guerreiro adalah sosok yang tepat. Ia bisa menjadi Ben Chilwell di tangan Tuchel. Konrad Laimer yang baru dibeli adalah N’Golo Kante dari Austria. Laimer intens menekan lawan, ahli melindungi bola, sanggup mendaur ulang penguasaan bola, serta, yang paling penting, mampu memfasilitasi serangan balik.

Kim Min-Jae yang sedang menjalani wajib militer adalah bek tengah yang bukan hanya cocok dengan skema, tapi serasi dengan permainan Tuchel. Min-Jae tangguh dalam duel, terutama duel udara. Pemain berjuluk “The Monster” itu juga punya agresivitas yang bagus. Dan ia juga bisa terlibat dalam build-up.

PR-nya Tuchel mesti mencari sosok Reece James yang lain. Joao Cancelo sebenarnya bisa menjadi alternatif. Tapi Tuchel tidak klik dengan pemain Portugal itu. Ia lebih suka mencari opsi lain. Dan itu adalah Kyle Walker. Tuchel menginginkan tujuh pemain baru. Walker masuk dalam rencana tersebut.

Walker adalah bek sayap kanan dengan kekuatan kaki kanan. Ia cakap dalam menyerang dan menjadi salah satu bek sayap tercepat di dunia. Meskipun tidak seperti Reece James, ia kurang dalam bertahan. Well, dengan rencana sintingnya itu, mungkinkah Tuchel bisa mempertahankan gelar liga dan menambah pundi-pundi trofi buat FC Hollywood, terutama di kancah Eropa?

Sumber: OneFootball, Sportbible, BFW, Bundesliga1, Bundesliga2, Khelnow, ESPN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Code Blog by Crimson Themes.