Siapkah Luton Town Beraksi di Premier League?

Kabar buruk menghampiri Luton Town jelang bergulirnya musim 2023/2024. Tim promosi sekaligus debutan di Premier League tersebut dipastikan tak dapat memakai Kenilworth Road di laga kandang pertama mereka musim ini.

Klub berjuluk The Hatters itu sedianya dijadwalkan untuk menjadi tuan rumah matchday kedua Premier League kontra tim promosi lainnya, Burnley, pada 19 Agustus besok. Namun, akibat pengerjaan renovasi Kenilworth Road yang molor, otoritas Liga memutuskan untuk menunda pertandingan tersebut.

Kenilworth Road Belum Siap

Seperti yang kita tahu, Luton Town menjadi salah satu tim promosi Premier League musim ini usai meraih kemenangan dramatis kontra Coventry City di final playoff Championship musim lalu. Kemenangan tersebut memastikan The Hatters kembali ke kasta teratas Liga Inggris setelah absen 31 tahun lamanya sekaligus membuat klub asal Inggris Timur itu tampil perdana di pentas Premier League.

Promosinya Luton Town ke Premier League memang bak cerita di negeri dongeng. Selain karena perjuangan mereka yang jatuh bangun, Luton memiliki stadion tua nan bersejarah yang bernama Kenilworth Road. Ketika Luton Town dipastikan promosi, stadion ini langsung mencuri perhatian sekaligus menimbulkan masalah tersendiri bagi pemiliknya.

Kenilworth Road yang sudah berdiri dan dipakai Luton Town sejak 1905 itu hanya memiliki kapasitas 10.356 penonton saja. Saking kecilnya, stadion tersebut memecahkan rekor sebagai stadion terkecil dalam sejarah Premier League, menggeser Vitality Stadium milik Bournemouth.

Selain kecil, tata letak stadion tersebut juga unik. Kenilworth Road terletak di tengah perumahan warga. Suporter tim tamu yang masuk melalui pintu Oak Stand bahkan bisa melihat halaman belakang rumah-rumah warga sebelum masuk ke dalam tribun.

Menonton pertandingan di Kenilworth Road memang memberi kesan yang unik dan tidak nyaman bagi sebagian orang. Bagaimana tidak, kursi di tribun penonton masih terbuat dari kayu dan tanpa sandaran yang layak. Penerangan di dalam stadion juga kurang.

Singkatnya, Kenilworth Road tidak memenuhi standar untuk menggelar pertandingan Premier League. Luton sebetulnya diizinkan untuk memakai stadion lain, tetapi mereka memutuskan untuk tetap bermarkas di stadion kuno tersebut. Alhasil, renovasi besar yang menelan biaya hingga £10 juta harus dilakukan.

Selain rumput lapangan, kursi tribun, dan lampu sorot, Kenilworth Road membutuhkan ruang konferensi pers dengan kapasitas 100 jurnalis, ruang studio untuk penyiar liga, posisi untuk menaruh 50 kamera tv dan analisis data, serta teknologi VAR yang tentunya harus sesuai standar Premier League.

Otoritas Liga sebetulnya sudah memberi keringanan dengan mengizinkan Luton Town untuk menggelar pertandingan di awal musim ini tanpa pemanas bawah tanah. Namun, seperti yang sudah diduga banyak pihak, waktu 3 bulan terlalu mepet. Laga kontra Burnley harus ditunda dan Kenilworth Road baru akan menjadi tuan rumah saat Luton Town menjamu West Ham United pada 1 September mendatang.

Aktivitas Transfer yang Sepi dari Pemberitaan

Persiapan Luton Town memang mendapat sorotan. Harus diakui kalau mereka punya banyak PR. Selain stadion yang harus dibenahi, Luton juga harus mempersiapkan timnya agar tak hanya sekadar promosi untuk terdegradasi.

Namun, di tengah hingar-bingar kepindahan pemain di bursa transfer musim panas ini, Luton Town bisa dibilang adem ayem. Sebelum kedatangan Ross Barkley, aktivitas transfer Luton bisa dibilang sepi dari pemberitaan.

Untuk sementara ini, Luton hanya menghabiskan dana sekitar €19,85 juta untuk membeli pemain baru. Jumlah tersebut hanya lebih baik dari Everton yang baru menggelontorkan €15,5 juta untuk membeli pemain anyar.

Dana belanja Luton Town tersebut sangat kontras dengan dua klub promosi lainnya, yakni Burnley dan Sheffield United yang sudah menggelontorkan masing-masing €91,6 juta dan €42,9 juta untuk membeli pemain baru.

Meski terbilang hemat, tetapi Luton sukses mendatangkan 9 pemain baru dari dana minim tersebut. Sebelum Ross Barkley, Luton telah mendatangkan Tahith Chong, Ryan Giles, Mads Andersen, Marvelous Nakamba, Thomas Kaminski, Chiedozie Ogbene, Jacob Brown, dan Issa Kabore.

Sebuah deretan nama yang cukup menarik bagi pendatang baru. Namun, apakah itu cukup untuk bertahan di kerasnya Premier League? Laga perdana Luton Town musim ini sedikit menggambarkan bagaimana kekuatan mereka.

Diprediksi Bakal Jadi Juru Kunci dan Terdegradasi

Bertandang ke markas Brighton & Hove Albion, Luton Town tampil pragmatis. Ini memang menjadi gaya main mereka di bawah asuhan Rob Edwards.

Dengan formasi 3-5-2, Luton sempat membuat Brighton frustrasi. Formasi tersebut berubah menjadi 5-3-2 ketika bertahan. Alhasil, Brighton hanya sanggup mencetak 1 gol di babak pertama.

Meski tampil pragmatis, Luton yang mengandalkan serangan balik cepat masih sanggup melepas 9 tembakan dan membuat 2 peluang emas. Meski kalah jumlah, pemain Luton tak takut melancarkan serangan. Usaha mereka mencetak gol berbuah hadiah penalti yang dieksekusi dengan sempurna oleh Carlton Morris di menit ke-81.

Sayangnya, meski sudah menampilan 8 pemain anyar mereka di laga tersebut, Luton Town pada akhirnya tetap kalah. Di babak kedua, gawang Thomas Kaminski bobol 3 kali. Luton pun harus pulang dengan kekalahan 4-1.

Kekalahan telak tersebut seperti membenarkan prediksi Opta di awal musim 2023/2024 ini. Opta memprediksi Luton Town bakal langsung terdegradasi di akhir musim nanti. Bahkan, dengan persentase lebih dari 62%, Opta cukup yakin untuk menaruh Luton Town sebagai calon juru kunci.

Prediksi tersebut memang dapat dimaklumi. Bertahan di Premier League sebagai tim promosi saja sudah sangat sulit, apalagi jika datang sebagai tim debutan. Nah, kebetulan dua predikat tersebut diborong oleh Luton Town. Dengan fakta seperti itu, maka wajar bila Opta menaruh Luton Town sebagai tim pertama yang bakal terdegradasi dari Premier League musim ini.

Rob Edwards Yakin Luton Town Mampu Bertahan di Premier League

Meski diragukan dan diprediksi bakal langsung terdegradasi, namun pelatih Rob Edwards mengaku yakin dengan skuadnya musim ini. Edwards mengakui kalau ketakutan dan kecemasan itu ada. Namun, ia yakin kalau timnya tak hanya siap, tapi mampu bersaing dengan tim-tim terbaik di liga.

Jika berkaca dari hasil pertandingan kontra Brighton, omongan Rob Edwards terdengar seperti bualan. Namun, bukankah terlalu dini untuk menilai?

Meski banyak pihak yang meragukan, tetapi ada pula yang menilai kalau Luton Town bisa menjadi ancaman jika mampu memaksimalkan serangan balik cepat, duel udara, dan set piece yang selama ini menjadi andalan mereka. Sekadar informasi, musim lalu Luton sanggup mencetak 16 gol hanya dari situasi bola mati.

Selain itu, cara yang lebih masuk akal agar Luton Town dapat menghindari degradasi adalah dengan memanfaatkan laga kandang. Kenilworth Road yang sempit dan kuno harusnya punya magis tersendiri dan mungkin bakal membuat tim tamu dan para pendukungnya tidak nyaman.

Jika The Hatters mampu mendulang poin yang banyak di laga kandang, kesempatan untuk bertahan dan mematahkan prediksi banyak orang mungkin dapat mereka wujudkan. Tentu syarat utamanya adalah segera menyelesaikan proses renovasi Kenilworth Road agar dapat selesai tepat waktu.

Semoga saja Luton Town tak menjadi tim tamu yang sekadar mampir di Premier League. Syukur-syukur bisa menjadi penghuni tetap atau setidaknya menjadi penghuni kontrakan yang bisa bertahan cukup lama di Premier League.

Yang pasti, asa untuk kembali membuat dongeng bersejarah itu masih ada. Namun, Luton Town tak boleh besar kepala. Kekalahan telak atas Brighton harusnya cukup untuk menyadarkan mereka kalau Premier League butuh lebih dari sekadar harapan dan keyakinan untuk dapat bertahan.


Referensi: Opta, New York Times, Transfermarkt, G3Football, The Guardian, Premier League, Premier League.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Code Blog by Crimson Themes.