Sosok Rodri, Sang Jenderal yang Jadi Pahlawan Manchester City

Bernama lengkap Rodrigo Hernandez Cascante. Nama itu kini terdengar di seantero dunia setelah golnya tercatat sebagai sejarah di Final Liga Champions 2022/23. Ya, gelandang Spanyol itu mengantarkan The Citizens meraih treble winner musim ini. Ia bahkan menjadi bagian yang tak tergantikan di sistem permainan Pep Guardiola. Lalu, bagaimana perjuangan Rodri bertransformasi di Etihad sampai bisa meraih kesuksesan?

Pep Butuh Gelandang Bertahan yang Bisa Memainkan Sistemnya

Masih ingat ketika Pep Guardiola menangani Barca pertama kali pada 2008 silam? Ya, ketika itu Pep disuguhkan dengan gelandang bertahan terbaik macam Yaya Toure. Namun apa yang dilakukan Pep? Tak segan ia mendepak gelandang yang tak disukai. Maka dari itu, ia berjudi dengan mempromosikan seorang gelandang muda bernama Sergio Busquets dari Barca B.

Tak serta-merta Pep mempromosikan Busquets. Pep tahu apa yang dibutuhkannya. Ia sudah lama memahami gaya bermain Busquets di Barca B. Nah, hal yang sama ia terapkan kembali di Manchester City.

Ia datang di Etihad disuguhi para gelandang bertahan macam Fernandinho, Yaya Toure, maupun Fernando. Awalnya Pep mempercayakan Fernandinho sebagai gelandang bertahan miliknya. Namun, faktor usia dan kerentanan cedera, serta gaya main Fernandinho yang lambat, membuat Pep akhirnya segera mencari gelandang bertahan berikutnya yang sesuai dengan seleranya.

Jadi Pemain Termahal City 2019/20

Pilihan itu jatuh pada gelandang Atletico Madrid, Rodrigo. Asal tahu saja, Rodri ternyata sudah lama diincar oleh Pep dengan berbagai atribut yang dimilikinya. Namun masalahnya, ia bukan tipe pemain yang bermain di tim yang mengutamakan possession atau bermain sepakbola menyerang seperti apa yang diterapkan Pep.

Atletico bersama Simeone kita tahu sendiri gaya mainnya pragmatis dan cenderung bertahan. Nah, apakah Rodri akan cocok di City? Pertanyaan itu terjawab ketika Pep ngotot minta manajemen City menebusnya dengan harga berapa pun. Akhirnya, pada Juli 2019 Atletico Madrid bersedia melepas gelandangnya itu dengan mahar sekitar 63 juta pounds.

Nilai itu mencatatkan rekor pemain termahal yang dibeli City pada musim 2019/20. Artinya, Pap benar-benar menginginkan Rodri ada dalam skemanya. “Rodri adalah gelandang terbaik di Spanyol. Disana ia dipanggil The Next Busquets. Jadi, saya harap ia akan lama bersama saya disini. Dia gelandang yang cerdas dan cepat,” Pep Guardiola.

Awal Musim yang Tak Sempurna

Sayangnya, Rodri justru tampil tidak terlalu mengesankan pada musim pertamanya. Adaptasi dan transisi permainan dari Simeone ke Guardiola menjadi masalah buat Rodri. Ia mengakui sendiri kalau proses adaptasinya di City tak semulus yang dibayangkan. Tuntutan dan beban besar dengan status pemain termahal musim itu jadi faktor. Ia juga mengaku bahwa atmosfer Liga Inggris sangatlah berbeda dengan La Liga.

Transisi regenerasi dari Fernandinho ke Rodri, juga sering menjadi titik lemah City di musim itu. Rodri terlihat lambat dan bingung mengisi posisi vital yang ditempati Fernandinho tersebut. Meskipun kalau secara statistik menurut Transfermarkt, ia sebenarnya cukup baik. dengan terlibat di 50 laga musim itu dan mencetak 4 gol serta 2 assist.

Tapi apa yang dihasilkan secara statistik data itu, bukan apa yang diinginkan oleh Pep. Sang pelatih ingin gelandang bertahan yang cepat membaca alur bola, tangkas dalam memfilter serangan, dan memiliki umpan progresif yang tepat, serta mampu mengontrol permainan dengan baik. Bukan gelandang bertahan yang keras dan sekadar tukang jagal. Nah, Rodri masih terbawa dengan gaya main seperti itu.

Proses Pembelajaran

Namun, Rodri tidak menyerah, terutama ketika sebagian publik menilainya gagal. Alih-alih terbawa suasana dan terpuruk, Rodri menikmati proses pembelajarannya di Manchester City. Ia sangat berterima kasih kepada Pep yang tak bosan terus memberikan pemahaman taktik yang benar padanya.

Rodri juga berterima kasih kepada Fernandinho yang terus memberinya ilmu dan pengalaman bagaimana menjadi gelandang bertahan di City. Karena tak dipungkiri, Fernandinho cepat atau lambat akan pergi dan menyerahkan tongkat estafetnya itu pada Rodri.

Proses pembelajaran itu perlahan berhasil di musim keduanya. Ia menjadi bagian dari The Citizens merebut kembali gelar Liga Inggris 2020/21 dari tangan Liverpool. Selain itu, Rodri juga menjadi bagian penting lolosnya City ke partai puncak Liga Champions. Namun sayang, ia tak dimainkan dari awal di laga final. Pep lebih memilih Gundogan sebagai gelandang bertahan. Dan hasilnya, City kalah 0-1 oleh Chelsea.

Makin Matang Pasca Fernandinho

Rodri telah berada di bawah bayang-bayang senioritas Fernandinho selama tiga musim lamanya. Namun justru dengan adanya bayang-bayang itu, Rodri mampu cepat berkembang dan terus belajar. Ia seolah ingin terus menempa dirinya dengan keras agar bisa membuktikan bahwa ia siap menjadi penerus Fernandinho.

Hasilnya mulai kelihatan ketika musim lalu, ia sudah ditinggal Fernandinho. Mulai musim ini, Rodri tak lagi kagok dan menjelma menjadi jenderal lini tengah Manchester City yang tak tergantikan.

Buktinya lewat statistik dari Opta, ia tercatat tampil jadi starter di 52 laga City musim ini. Hal itu menjadikannya sebagai pemain kedua yang paling sering menjadi starter Pep Guardiola, setelah Lionel Messi di Barcelona yang menjadi starter sebanyak 57 kali saat dilatih Pep musim 2011/12.

Pemain Terbaik Liga Champions

Buah pembelajaran serta transformasi seorang Rodri menuai hasilnya di musim ini. Selain juara Piala FA, dan Liga Inggris, ia juga berhasil membawa Manchester City meraih mimpinya pecah telor di Liga Champions.

Musim ini Rodri bahkan tercatat sebagai pemain yang paling banyak melakukan take over untuk melakukan penguasaan bola di Liga Champions sepanjang masa, yakni 105 kali. Catatan tersebut lebih tinggi dari Claude Makelele melakukanya di Chelsea pada musim 2007/08 dengan 103 kali.

Tak berlebihan kalau Pep Guardiola sampai menyebut Rodri adalah gelandang terbaiknya saat ini. “Boleh saja orang menyebut Haaland sebagai yang terbaik. Namun, Rodri adalah pahlawan yang tak terlihat bagi kami. Dan musim ini adalah musim kejayaanya,” kata Pep Guardiola kepada Marca.

Rodri benar-benar menjadi pemain yang sangat berpengaruh bagi sirkulasi permainan City musim ini. Tak hanya soal perannya itu, ia juga terkadang menciptakan gol yang tak terduga bagi timnya. Gol melawan Munchen adalah salah satunya.

Dan yang pasti, yang akan selalu dikenang adalah gol semata wayangnya kala melawan Inter di final. Gol tendangan jarak jauhnya itu mampu menciptakan sejarah baginya sekaligus timnya. Dan yang lebih spesialnya lagi, berkat itu ia dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga Champions musim ini. Selamat sekali lagi Rodri. Pencapaianmu patut dihargai dan akan selalu dikenang.

Sumber Referensi : theathletic, MEN, transfermarkt, fbref, bleacherreport

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Code Blog by Crimson Themes.