Titik Terendah Lionel Messi di PSG, Saatnya Pergi?

Awan mendung menyelimuti nasib sang mega bintang Lionel Messi di Paris. Rasanya, hawa-hawa sejuk di Paris sudah tak bersahabat dengan Messi. Messi tenggelam di tengah kegagalan klub sultan PSG melaju di Liga Champions.

La Pulga kini sudah dianggap publik Paris layaknya pemain biasa, tak ada yang spesial. Masa pengabdiannya di PSG pun tinggal menunggu waktu. Apakah ini adalah titik terendah dalam karir Messi membela sebuah klub? Apa yang harus dilakukan Messi ke depannya?

Diejek Suporter Sendiri

Salah satu titik terendah Messi dalam karirnya ternyata kejadian di PSG. Seumur-umur, Messi tak pernah menerima tindakan seperti apa yang ia terima di PSG. Ia mendapat perlakuan tidak sepantasnya ketika pertandingan melawan Lyon di lanjutan Ligue 1.

Di laga yang berkesudahan 0-1 untuk kemenangan Lyon itu, nama Messi menjadi bahan cemoohan publik Paris. Ia di “boo” oleh penonton sedari awal laga ketika pengumuman skuad dengan pengeras suara di stadion berkumandang.

Ini bukan pertama kali Messi menerimanya. Setelah sebelumnya di pertandingan melawan Rennes, ultras PSG juga sudah mencemooh Messi. Hal itu dilakukan oleh publik Paris ketika Messi dianggap dengan kontrak dan gaji yang tinggi, tak mampu memberikan performa yang lebih bagi PSG.

Namun La Pulga menanggapi ejekan itu dengan santai. Ia malah tersenyum ketika tertangkap kamera setelah mendengar siulan dari para penonton. Pelatih Christophe Galtier pun menanggapi ejekan tersebut.

Ia meminta fans tak menuntut lebih dari Messi. Messi menurutnya sudah berbuat banyak bagi PSG selama ini. Galtier juga mengatakan bahwa sikap pendukung itu hanya akan memperkeruh suasana.

Penampilannya yang Kontras Bersama Timnas Argentina

Hal yang berbanding terbalik justru terjadi ketika Messi membela negaranya, Argentina. Setelah menjadi juara dunia, entah kenapa performanya berubah jadi angin-anginan bersama PSG. Namun ketika membela Argentina di jeda internasional, toh Messi masih jago-jago saja tuh.

Melawan Panama dan Curacao, Messi tampil seperti Messi yang dikenal banyak orang. Ia mencatatkan satu gol ke gawang Panama dan hattrick ke gawang Curacao. Rekor 100 gol untuk timnas pun ia gapai. Messi tetap menjadi titik fokus permainan Argentina.

Hal itu mungkin berbeda ketika di PSG. Karena selain Messi, masih ada dua nama lain, Neymar dan Mbappe. Bagaimanapun Messi harus membagi sinarya dengan kedua bintang besar itu juga.

Hal itulah yang diungkapkan teman Messi ketika di Barca, Thierry Henry. Kepada RMC Sport Henry mengatakan bahwa Messi di Argentina adalah bos. Para temannya di Argentina bisa rela mati untuknya. Sedangkan di PSG, ia harus berkompromi dengan bintang lainnya yang punya ego tinggi. Susah untuk menggabungkan beberapa bintang menjadi satu kekuatan yang konsisten dalam waktu yang lama

Tak Lagi Seperti Awal Musim

Pernyataan itu memang ada benarnya, namun tak sepenuhnya. Karena bagaimanapun Messi, Neymar, maupun Mbappe di awal musim ini bersama Galtier mencatatkan performa yang cukup mentereng.

Dengan skema baru Galtier 3-4-1-2 PSG sempat mengerikan dan tak terkalahkan hingga menuju Piala Dunia, baik di Ligue 1 maupun Liga Champions. Mereka dalam 22 laga mencatatkan 18 kali kemenangan dan 4 hasil seri.

Dari segi penampilan, Messi juga sukses mengemban peran baru yang diberikan Galtier sebagai penyerang lubang di bawah dua striker Neymar dan Mbappe. Hasilnya pun Messi masih mampu meraih total 11 gol dan 13 assist sebelum Piala Dunia bergulir.

Pasca Piala Dunia dan Kegagalan Liga Champions

Namun apa yang terjadi pasca Piala Dunia? Performa Messi dan PSG inkonsisten. Tak hanya Messi, pemain lainnya pun sama. Taktik Galtier yang mulai berubah-ubah dengan terkadang memakai empat bek, juga merupakan salah satu faktor.

Sementara konflik demi konflik internal antara para bintang di PSG juga mempengaruhi performa tim. Seperti Mbappe yang dilaporkan El Nacional pada Februari 2023 lalu sempat berselisih dan tidak berbicara dengan empat rekan setimnya termasuk Lionel Messi.

Klimaksnya terjadi ketika disingkirkan Munchen di Liga Champions. Kompetisi yang harusnya jadi target utama klub sultan seperti PSG. Publik Paris menyoroti peran Messi yang “tak terlihat” di dua laga melawan Munchen.

Messi kerap dipertanyakan ketika ia tak mampu mengubah keadaan tim di lapangan, seperti ia mengubah Argentina. Ditambah, kontraknya yang tak kunjung menemui titik temu dengan pihak manajemen hingga sekarang.

Masalah Kontraknya Bersama PSG

Masa pengabdian Messi akan berakhir akhir musim nanti. Para pendukung juga muak dengan sikap Messi dan agennya yang mengulur-ulur kesepakatan perpanjangan kontrak yang direncanakan hingga 2024 mendatang.

Namun tunggu dulu, Messi bukannya segampang itu menandatangani perpanjangan kontraknya. Ia berpikir karena seiring berkembangnya waktu menurut laporan yang dilansir Mirror, ia tak mau jika hanya ditawari kontrak senilai 41 juta euro atau sekitar 640 miliar per tahun. Angka itu menurut Messi tak pantas baginya atau terlalu kecil.

Lho kan PSG banyak uang? Nah ini permasalahannya. Kini PSG tak bisa semena-mena lagi mengatur pengeluaran karena ancaman Financial Fair Play. Lho kan PSG anti-sanksi? Diluar pemiliknya yang juga adalah ketua Asosiasi Klub Eropa, namun kini PSG juga tak lagi terdengar ngotot untuk mempertahankan Messi dengan nilai sebesar yang diinginkan.

Disamping itu, Messi juga mempunyai alasan untuk mengulur waktu perpanjangan kontraknya. Bukan hanya soal gaji, namun juga bagaimana proyek PSG ke depan. Siapa pelatihnya, siapa yang akan didatangkan dan didepak, semuanya menjadi pertanyaan kunci dari Messi yang harus dijawab jika PSG mau mempertahankannya.

Kemana Messi Berikutnya?

Nah, dari keruwetan Messi itu, dari luar Paris kini sudah terdengar hiruk pikuk kabar yang mengaitkan Messi akan berlabuh kemana musim depan. La Pulga diisukan akan hijrah ke Al-Hilal, dengan nilai tawaran gaji yang fantastis seperti Cristiano Ronaldo.

Ada juga rumor ia akan menikmati hidup di negeri Paman Sam layaknya seleb Hollywood. Klub Inter Miami sudah tertarik untuk memulai proyek mendatangkan Messi, juga dengan tawaran yang menggiurkan.

Yang terakhir pembicaraan terjadi antara Rafa Yuste wakil presiden Barcelona terhadap kemungkinan mereka memulangkan sang legenda ke Camp Nou. Sebuah hal yang mustahil sepertinya bagi kondisi keuangan Barca ketika harus menggaji besar Messi.

Dari semua kondisi yang menjadi titik terendah Messi dalam karirnya seperti cacian fans, performa yang inkonsisten, maupun kontraknya yang masih abu-abu, haruskah Messi pergi dari PSG? Media L’equipe juga sudah mengirim sinyal dengan menaruh judul “Messi Dan PSG Segera Bercerai”.

Ke mana pun Messi pergi atau bertahan di Eropa musim depan, yang terpenting baginya adalah bisa kembali nyaman dan perform seperti layaknya di timnas Argentina. Kalau berpindah tim dan masih saja tampil angin-anginan, mending pensiun saja atau ikut CR7 cari cuan di negeri Arab.

Sumber Referensi : theathletic, sportsbrief, mundodeportivo, marca, sportsbrief, transfermarkt

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Code Blog by Crimson Themes.