Hubungan antara dua fans sepakbola bak dua sisi mata uang. Di satu sisi, mereka saling bersaing untuk menjadi yang terbaik. Bahkan tak jarang beberapa dari mereka telah membangun rivalitas panas sejak ratusan tahun lalu. Sebut saja macam fans Boca Junior dan River Plate di Argentina.
Namun, di sisi lain sepakbola juga identik dengan persahabatan dan persaudaraan. Di era modern, sejumlah klub beda negara memang bisa memiliki hubungan dekat berkat kerjasama tertentu. Namun, beberapa diantaranya memiliki alasan yang cukup unik. Berikut ini fans dua klub beda negara yang ternyata bersahabat.
Juventus dan Notts County
Kisah unik yang pertama melibatkan dua klub beda negara yakni Juventus dan klub asal Inggris, Notts County. Alasan di balik hubungan baik kedua klub ini cukup unik. Keduanya memiliki hubungan baik cuma gara-gara pengiriman jersey. Kok bisa?
Di awal berdirinya, Si Nyonya Tua tidak mengenakan kostum hitam putih seperti sekarang, tapi jersey berwarna pink dengan motif dasi berwarna hitam. Namun, setelah dipakai berulang kali, jersey itu tampak lusuh. Akhirnya dewan klub menyuruh salah satu pemain Juve untuk menghubungi temannya yang memiliki usaha konveksi di Inggris guna mendapat jersey baru.
Usut punya usut, orang Inggris pemilik konveksi tersebut merupakan fans Notts County, tim yang juga berkostum hitam putih. Akhirnya konveksi tersebut mengirimkan kostum dengan warna yang sama ke Turin. Ternyata tanggapan dari Juve cukup positif karena warna hitam dan putih terlihat lebih memancarkan kekuatan. Sejak saat itulah Juve identik dengan julukan Bianconeri atau Si Putih Hitam.
Sejak saat itu, Juve dan Notts County berteman baik. Bahkan saat Juve meresmikan Juventus Stadium pada tahun 2011, alih-alih mengundang klub-klub top macam AC Milan atau Inter Milan, mereka justru mengundang Notts County sebagai lawan tanding.
Liverpool dan Borussia Monchengladbach
Selanjutnya ada hubungan baik antara Liverpool dengan Borussia Monchengladbach. Hubungan baik antarsuporter kedua klub diawali oleh rivalitas lama. Di tahun 1970-an, Liverpool dan Monchengladbach sering bertemu di pentas Eropa, salah satu yang terkenal adalah final European Cup di Roma pada tahun 1977.
Karena sering bertemu, kedua suporter saling mengamati satu sama lain. Ternyata keduanya memiliki kesamaan visi dan misi dalam mendukung tim kebanggaan mereka. Akhirnya mereka mengakhiri rivalitas dan mengubahnya menjadi tali persahabatan. Solidaritas fans Gladbach pun terlihat saat bencana Hillsborough 1989.
Beberapa fans Gladbach melakukan galang dana dan terkumpul sekitar 7 ribu pounds atau sekitar Rp129 miliar. Uang tersebut dikirimkan ke keluarga 96 korban yang meninggal dunia di tragedi tersebut.
Setelah itu, dilansir situs resmi Liverpool, kesepakatan tidak resmi pun tercipta untuk mengirimkan fans Gladbach ke Inggris setiap tahunnya. Tujuannya untuk memberikan dukungan pada Liverpool di Anfield. Begitupun sebaliknya, Liverpool juga akan menerbangkan beberapa personil ke Jerman untuk mendukung Monchengladbach di Borussia Park.
Ajax dan Tottenham
Kekerabatan antarklub dan suporter berikutnya juga terlihat pada hubungan Ajax dengan Tottenham Hotspur. Jika biasanya kedekatan muncul setelah ada peristiwa yang memaksa mereka saling membantu, latar belakang persahabatan Ajax dan Spurs cukup unik. Mereka memiliki hubungan dekat karena latar belakang agama yang sama.
Ajax yang merupakan tim besar asal Amsterdam, ternyata didirikan di daerah yang mayoritas berisikan orang keturunan Yahudi. Begitupun dengan Tottenham yang memiliki basis suporter dari orang-orang Yahudi di daerah London Utara.
Kelompok suporter Ajax menyebut diri mereka sebagai Super Jews, yang mana Jews atau Jewish adalah sebutan bagi orang Yahudi. Sementara fans Spurs dengan bangga disebut Yid Army. Perlu diketahui, “Yid” adalah sebutan bagi bangsa Yahudi dalam Bahasa Jerman. Namun, sering digunakan sebagai bahasa slang di Inggris.
Momen yang menguatkan tali persaudaraan kedua klub tersebut adalah pada saat fans Spurs merusak fasilitas stadion dari Feyenoord di final Piala UEFA 1974. Hal itu menuai respek dari fans Ajax, mengingat kekuatan Feyenoord saat itu muncul sebagai rival baru yang mengganggu dominasi tim asal Amsterdam tersebut.
Sunderland dan Feyenoord
Tak cuma Ajax, Feyenoord juga memiliki saudara di negara Inggris. Klub asal Rotterdam tersebut menjalin pertemanan dengan klub yang kini berlaga di kasta kedua Liga Inggris, Sunderland. Hubungan keduanya dimulai di era 70-an saat sejumlah pekerja dari Sunderland ditugaskan untuk membangun pelabuhan di kota Rotterdam.
Setelah pelabuhan tersebut selesai, beberapa diantara mereka memutuskan tetap tinggal di Rotterdam dan berbaur dengan suporter tim terbesar di kota tersebut, Feyenoord. Setelah itu hubungan antara kedua supporter pun tumbuh semakin baik.
Dilansir BRfootball, sama halnya dengan Liverpool dan Monchengladbach, fans Feyenoord sering melakukan kunjungan ke Stadium of Light, begitu pula sebaliknya dengan membawa bendera bertuliskan “Feyenoord Mackems”. Mackems sendiri merupakan sebutan untuk penduduk Sunderland.
St Pauli dan Celtic
Selanjutnya ada persahabatan yang melibatkan klub Jerman, St Pauli dengan klub Skotlandia, Celtic. Kedua tim berbeda negara tersebut memiliki ikatan dekat yang sudah terjalin sejak 32 tahun silam. Tepatnya pada tahun 1991 saat sekelompok fans St Pauli berkunjung ke Glasgow, Skotlandia.
Dilansir Daily Record, kala itu pendukung St Pauli mengunjungi Kota Glasgow dalam rangka mendukung tim yang tengah melakoni tur. Menurut salah satu pentolan suporter St Pauli, Sven Brux perjalanan itu diabadikan dalam bentuk artikel dan ketika diterbitkan justru membuat banyak fans St Pauli tertarik dengan ekosistem Celtic beserta fansnya.
Setelah itu, beberapa personil fans St Pauli mulai sering mengunjungi fans Celtic di Skotlandia. Semakin sering bertemu, ternyata mereka memiliki paham politik yang sama. Mengetahui hal tersebut akhirnya hubungan kedua fans tersebut kian akrab.
Pada tahun 2009 lalu, Celtic menjalani laga away ke kandang Hamburg dalam ajang Europa League. Di laga tersebut fans St Pauli bergabung dengan suporter Celtic dan membuat pertemuan tersebut terasa seperti derby.
Hamburg dan Rangers
Jika St Pauli berteman dengan Celtic, Hamburg justru sudah membangun kedekatan dengan rival Celtic, Rangers sejak lama. Hal tersebut diawali ketika pada dekade 70-an sejumlah pekerja Skotlandia yang bermukim di Hamburg mendirikan sebuah kelompok bernama Hamburg Loyal Rangers Supporters Club.
Nah, fans Hamburg yang belum punya serikat sendiri mulai berguru dengan kelompok fans Rangers yang ada di Hamburg. Dilansir situs resmi Hamburg, mereka bahkan sesekali datang ke markas Rangers untuk mempelajari gaya suporter skotlandia yang lebih ekspresif daripada fans Jerman saat itu.
Dengan seringnya fans Hamburg yang mengambil ilmu dari fans Rangers, hubungan baik pun terus terjalin. Hingga sekarang di pertandingan kedua klub tersebut sering terlihat dua bendera Hamburg dan Rangers yang dikibarkan secara berdampingan.
Partizan Belgrade dan PAOK
Terakhir ada hubungan pertemanan antara Partizan Belgrade dan klub yang berlaga di Liga Yunani, PAOK FC. Menurut BRfootball, beberapa pengamat sepakbola meyakini bahwa hubungan antara Partizan dan PAOK melambangkan dua klub yang paling bestie di seantero Eropa.
Bagaimana tidak? Mereka banyak kesamaan. Berawal dari warna jersey yang sama-sama mengusung warna hitam dan putih hingga latar belakang aliran ortodoks yang sama. Kedua suporter klub menganggap mereka sebagai saudara satu sama lain. Motto mereka adalah “Same Color, Same Religion”, sebuah deklarasi yang sangat berani dan tak ada yang menandingi.
Sumber: Liverpool FC, Hamburg, BR, Dailyrecord, Forza Italia