Sejarah tercipta di Premier League pada bulan Ramadan 2021. Di laga antara Leicester City vs Crystal Palace, 26 April 2021, wasit menghentikan laga sejenak di menit ke-30 untuk memberi kesempatan kepada Wesley Fofana dan Cheikhou Kouyate untuk berbuka puasa.
Perlakuan khusus tersebut didapat setelah kedua kapten tim telah bersepakat sebelum kick-off bahwa pertandingan akan dihentikan sejenak di waktu berbuka puasa. Fofana, yang tertangkap kamera, kemudian menepi ke pinggir lapangan untuk minum dan makan sebuah pisang.
Laga itu pun diyakini sebagai kali pertama sebuah laga Premier League dihentikan untuk memberi kesempatan kepada pemain muslim untuk berbuka puasa. Fofana dan Kouyate kemudian juga diklaim sebagai pemain Premier League pertama yang diizinkan berbuka puasa di tengah pertandingan.
Momen serupa sepertinya bakal makin sering tersaji di Premier League, khususnya ketika sebuah pertandingan digelar sebelum matahari terbenam. Pasalnya, selama bulan Ramadan 2023 ini, Premier League telah secara resmi mengizinkan dan memberi waktu jeda khusus untuk pemain muslim berbuka puasa di tengah laga.
Yang membedakan dengan kejadian dua tahun lalu adalah adanya panduan khusus yang akan berlaku selama bulan Ramadan 2023. Mengutip dari Sky Sports, Professional Game Match Officials Ltd telah memberlakukan panduan khusus untuk memberi otoritas kepada ofisial pertandingan untuk mengizinkan para pemain muslim yang menjalankan ibadah puasa untuk berbuka puasa selama pertandingan yang digelar di waktu petang.
Dalam panduannya, ofisial pertandingan yang bertugas diimbau sebelum kick-off untuk mengidentifikasi pemain yang mungkin perlu berbuka puasa di tengah pertandingan. Jika memungkinkan dan menyepakati waktu yang tepat, wasit akan memberi jeda alami di tengah pertandingan agar para pemain atau ofisial yang beragama Islam dapat berbuka puasa.
Aturan tersebut tak hanya berlaku di Premier League saja, melainkan juga English Football League yang membawahi divisi Championship, League One, dan League Two. Artinya, mulai Ramadan 2023 ini, legal hukumnya seorang pemain muslim berbuka puasa di tengah pertandingan Liga Inggris.
Momen Buka Bersama dan Solat Idul Fitri di Stadion Klub Liga Inggris
Dikeluarkannya protokol khusus tersebut tentu merupakan kabar gembira bagi para pemain dan ofisial Liga Inggris yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan 2023. Selain itu, apa yang dilakukan oleh Liga Inggris tersebut juga menambah panjang upaya mereka untuk menjadikan Premier League sebagai liga yang ramah muslim.
Tak lama setelah dikeluarkannya protokol khusus tersebut, komunitas muslim di seluruh dunia kembali dibuat takjub dengan suksesnya acara buka puasa bersama yang digelar di Stamford Bridge, Minggu 26 Maret 2023. Itu jadi kali pertama sebuah stadion milik kontestan Premier League digunakan untuk acara buka bersama atau Open Iftar.
Tak hanya buka bersama, acara yang dilangsungkan di area The Shed End yang berada di sisi selatan Stamford Bridge itu juga disertai dengan ceramah, salat magrib, dan ditutup dengan salat tarawih bersama. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, azan juga berkumandang di Stamford Bridge.
Acara bersejarah yang tak hanya diikuti oleh komunitas muslim di London Barat tersebut terlaksana berkat kerja sama Chelsea Foundation dengan Ramadan Tent Project, sebuah badan amal yang didirikan pada 2013 lalu dengan misi menyatukan komunitas dan memperkenalkan makna dari bulan suci Ramadan kepada berbagai orang dari beragam latar belakang agama dan kepercayaan.
Stamford Bridge hanyalah 1 dari 5 stadion klub di Inggris yang menggelar Open Iftar di Ramadan tahun ini. Setelah berkolaborasi dengan Chelsea, Ramadan Tent Project kembali menggelar event serupa pada Senin, 27 Maret kemarin di Falmer Stadium, markas dari Brighton & Hove Albion. Setelah Brighton, giliran QPR yang menjadi tuan rumah acara Open Iftar pada Kamis 30 Maret kemarin di Loftus Road Stadium.
Rencananya, pada Rabu 5 April nanti, acara serupa kembali akan digelar di Villa Park, markas dari Aston Villa. Kemudian pada Sabtu 15 April 2023, giliran Wembley Stadium yang bakal jadi tuan rumah buka puasa bersama.
Rangkaian kegiatan Open Iftar yang diselenggarakan berkat kolaborasi dengan klub Liga Inggris itu tentu makin menambah panjang jejak toleransi Islam di Inggris, khususnya di ranah sepak bola. Tahun lalu, Blackburn Rovers mencetak sejarah sebagai klub Inggris pertama yang menggelar Salat Idul Fitri di stadion mereka, Ewood Park.
Pengaruh Pemain Muslim di Liga Inggris
Event-event islami di bulan Ramadan 2023 tadi tentu dapat terlaksana dengan sukses berkat besarnya pengaruh pemain muslim di Liga Inggris. Nujum Sports, sebuah organisasi non-profit yang mendukung komunitas atlet muslim di Inggris memperkirakan terdapat sekitar 253 pemain muslim di tim utama dan akademi di 4 kasta teratas sepak bola Inggris. Jumlah tersebut merupakan 5% dari total pemain di 4 kasta teratas Liga Inggris.
Tak bisa dipungkiri kalau Premier League menjadi destinasi dari beberapa pesepakbola muslim terbaik dunia. Mulai dari Hakim Ziyech, Kalidou Koulibaly, Wesley Fofana, hingga N’golo Kante di Chelsea. Riyad Mahrez dan Ilkay Gundogan di Manchester City, hingga Naby Keita, Ibrahima Konate, dan Mo Salah di Liverpool.
Para pemain muslim di Liga Inggris ini sudah terkenal memiliki hubungan yang kuat dengan keyakinan mereka, baik di dalam maupun di luar lapangan. Mereka juga dikenal tetap menjalankan ibadah puasa di bulan ramadan. Itulah mengapa FA dan badan wasit membuat panduan khusus agar mereka dapat berbuka puasa di tengah pertandingan.
Salah satu kisah menarik dibagikan gelandang Everton, Abdoulaye Doucouré. Ia bersama Asmir Begovic, Idrissa Gueye, dan Amadou Onana merupakan 4 pemain muslim dalam skuad Everton. Dikutip dari culture.org, ahli gizi Everton, Lloyd Parker, membantu para pemain muslim di Everton mempersiapkan menu makanan khusus selama bulan ramadan.
Menariknya lagi, Doucouré, Gueye, dan Onana kerap dipasang bersama dan membentuk lini tengah yang semaunya berisi pemain muslim. Mengutip dari BBC, ketiga pemain tadi juga memiliki ikatan yang kuat. Mereka tak pernah absen ke masjid untuk salat Jumat dan kerap salat berjamaah di ruang ganti dengan Idrissa Gueye sebagai imamnya. Selain karena senioritas, Gueye dinilai punya suara yang paling bagus.
Doucoure juga bercerita kalau Mohamed Salah adalah panutannya. Tak bisa dipungkiri kalau Mo Salah adalah salah satu pemain muslim paling berpengaruh di Premier League saat ini. Tak hanya karena kepribadian positifnya, tetapi juga karena prestasinya di atas lapangan.
“Sebagai pesepakbola Anda selalu ingin menjadi contoh dan Muhammad Salah adalah salah satunya. Dia berprestasi di klubnya sehingga orang-orang menyukainya, tetapi mereka juga belajar tentang agamanya, Islam. Ia adalah teladan yang baik bagi kami dan sempurna,” kata Doucoure dikutip dari BBC.
Kehadiran Mo Salah di Liverpool memang memberi dampak yang sangat positif bagi Islam. Menurut penelitian Stanford University pada 2019 silam, sejak Mo Salah bergabung dengan Liverpool, kejahatan kebencian di daerah tersebut telah menurun sebesar 19% dan komentar anti-Muslim secara online telah menurun sebesar 50%.
Ramah ke Pemain Muslim, Usaha Premier League Melawan Islamofobia?
Impak Mo Salah bagi toleransi dan dakwah Islam di Inggris memang begitu besar. Akan tetapi, itu dulu. Tiga tahun setelahnya, islamofobia di Inggris kembali meningkat.
Dikutip dari Anadolu Agency, per Maret 2022, “hate crime” di Inggris dan Wales mengalami peningkatan tajam dengan Muslim sebagai kelompok yang paling banyak menjadi sasaran. Jumlah kejahatan kebencian agama yang dicatat polisi yang dilakukan terhadap Muslim di Inggris dan Wales mencapai 3.459 di musim 2021/2022. Jumlah tersebut meningkat 42% dibanding musim sebelumnya.
Meningkatnya kasus islamofobia tersebut dinalai erat kaitannya dengan sikap pemerintah Inggris yang mencoba menenangkan kelompok sayap kanan dan tidak berkaitan langsung dengan sepak bola.
Meski tidak berkaitan langsung, tetapi bisa jadi apa yang dilakukan FA, Premier League, dan beberapa klub Liga Inggris yang menggelar Open Iftar, Salat Idul Fitri, hingga mengizinkan pemain muslim berbuka di tengah pertandingan adalah upaya untuk meredakan islamofobia di tanah Inggris.
Dengan bertransformasi menjadi liga yang ramah muslim, bisa saja kasus “hate crime” dan islamofobia yang tengah terjadi bisa ditekan. Apapun alasannya, upaya-upaya tersebut sangat patut diapresiasi dan dijadikan contoh bagi liga lainnya di Eropa.
Selama ini, Inggris memang dikenal lebih toleran ketimbang negara besar Eropa lainnya, seperti Prancis dan Jerman yang sebenarnya memiliki populasi umat Islam yang lebih banyak ketimbang Inggris. Mengutip dari Wisevoter.com, tingkat populasi Muslim di UK hanya 6,1%, lebih sedikit dari Jerman yang mencapai 6,9%, dan Prancis yang mencapai 8,3%.
Namun, baru-baru ini, Federasi Sepak Bola Prancis malah melarang ofisial pertandingan untuk menghentikan laga di waktu berbuka puasa selama bulan Ramadan. Sebelumnya, timnas Prancis bahkan diberitakan mendorong pemain muslimnya untuk menunda puasa selama bulan Ramadan 2023.
Sementara itu, meski tahun lalu sudah ada wasit yang menghentikan laga di tengah pertandingan untuk memberi kesempatan pemain muslim untuk berbuka puasa, tetapi Bundesliga Jerman tidak membuat panduan khusus seperti apa yang dilakukan Premier League dan English Football League selama bulan Ramadan 2023 ini.
Seperti yang dikatakan Abdoulaye Doucoure kepada BBC, untuk sementara ini Premier League memang liga terbaik untuk pemain Muslim.
“Kami merasa sangat percaya diri di sini, sangat diterima dan segala sesuatunya tersedia untuk dinikmati oleh orang-orang Muslim. Di Premier League Anda bebas melakukan apa pun yang sesuai dengan Anda, mereka tidak akan pernah melakukan apa pun yang bertentangan dengan keyakinan Anda dan ini luar biasa. Dan saya ingin tinggal lebih lama di sini. Ini adalah liga terbaik bagi umat Islam,” ujar Abdoulaye Doucoure dikutip dari BBC.
Referensi: Sky Sports, DailyMail, Culture.org, Bleacher Report, Anadolu Agency, BBC, Kompas.